Kenapa Menulis?

“Kenapa lo jadi penulis, Dis?”

Sebuah pertanyaan terluncur dari mulut seorang teman saat kami tak sengaja bertemu di salah satu beer house di Bandung. Gue yang sedang asyik ngetik di depan laptop langsung menghentikan jari-jari gue yang sedang “menari” di atas tuts keyboard.

“Hemm..” Gue terdiam sejenak. Mengambil botol kecil beer bintang, lalu menenggaknya perlahan.

“Gini.. Lo pernah gak, punya sesuatu yang pengin diceritain, tapi lo gak tau mau cerita ke siapa dan bahkan, lo gak tau mau mulai cerita darimana?”

Teman gue mengangguk. Gue melanjutkan cerita.

“Nah, dari rasa pengin sharing itu, akhirnya gue iseng. Inget, awalnya gue cuma iseng doang nulis.” Gue mengutipkan tangan dan memperlambat lisan di kata iseng.

“Iseng?” Temen gue heran.

“Iya. Iseng. Awalnya gue nulis di note FB. Terus bikin blog. Terus singkat cerita, gue dapet apresiasi dari apa yang gue tulis. Berupa komen dan pujian. Nah, itu yang bikin gue malah suka sama yang namanya menulis.”

“Jadi lo nulis buat dapet pujian, Dis? Yaelah, dangkal banget kalo gitu, mah, alesannya.” Sekarang giliran temen gue yang meneguk Beer Carlsberg-nya.

“Bentar. Gue tanya ke elo sekarang. Lo pernah dipuji?” Gue balik bertanya.

“Pernah. Kan lo tau sendiri gue jago basket. Juara ini itu.” Terang temen gue.

“Nah! Gue nyadar diri, nih. Gue gak pinter. Gue juga gak jago olahraga kayak elo. Intinya, gue adalah orang yang gak bisa dapet apresiasi dari apa yang gue perbuat. Toh, gue emang gak jago ngapa-ngapain. Kan lo tau, untuk dapet sesuatu yang lebih, lo harus punya sesuatu yang lebih juga. Contohnya elo, dengan skill basket lo yang dewa itu.”

“Yups, terus?”

“Percaya gak percaya, dari menulislah akhirnya gue ngerasa nemuin apa yang gue inginkan selama ini. Keinginan yang bahkan gak pernah gue bayangin.” Gue mulai ber-filosofi.

“Keinginan yang gak pernah lo bayangin? Gimana bisa lo punya keinginan, tapi lo gak tau apa yang lo inginkan?”

“Entahlah, gue juga gak tau. Tapi yang pasti, gue dapet banyak banget hal yang mengejutkan dari menulis. Mengejutkan dalam arti menyenangkan. Dan sampai saat ini, gue masih menanti dan menikmati itu.”

“Passion?” Tebak teman gue.

“Yups, mungkin bisa dibilang begitu. Diartikan dalam satu kata--Passion.”

Tips Menginap di Bandara Internasional Hong Kong

Menjadi seorang backpacker, mengharuskan gue buat ngehemat budget perjalanan seminim mungkin. Bahkan lebih minim dari rok yang dipake Julia Perez dalam film layar lebarnya yang berjudul “Mati Kegencet Toket.”

Nah, salah satu hal yang paling krusial dalam me-menej biaya perjalanan adalah  penginapan atau bahasa kerennya adalah “akomodasi,” atau bahasa unyu-nya adalah “tempat bobo,” atau bahasa gembelnya adalah “lapak ane, gan.” Wan Wan Emoticons 19

Sewaktu gue nge-trip ke negara Filipina, Hong Kong dan Macau beberapa bulan lalu, 8 dari 10 harinya gue habiskan dengan menginap di bandara. Iya, bandara. Lo gak salah denger, kok. Dan percaya atau nggak, dengan lebih banyak menginap di bandara, gue bisa hemat biaya penginapan hampir sebesar 2 Juta Rupiah (itu sudah dihitung berdasarkan rata-rata penginapan termurah di 3 negara tersebut.)

Alhasil, selama 10 hari perjalanan mengelilingi 3 negara tersebut, gue cuma ngeluarin duit gak lebih dari 1,5 juta. All-in. Transport, makan, akomodasi dan wisata berbayar. Keren kan gue? Keren! Yoyo & Cici Emoticons 1

Berhubung gue udah lama gak ngasih tips. Sekarang gue mau ngasih tips gimana caranya nginep di Bandara Internasional Hong Kong yang berkode HKG ini. Cekidot :

Hong Kong International Airport adalah bandara tersibuk ke 3 di Asia Tenggara setelah Changi Airport dan Bandara Soetta--yang sibuk renovasi, sibuk menanggulangi banjir, sibuk menanggulangi kemacetan, dan sibuk benerin sistem bandaranya. Gue yakin, Almarhum Bung Karno sama Bung Hatta pasti sedih ngeliat bandara yang namanya diambil dari nama mereka. Kesian. Yoyo & Cici Emoticons 3

Walaupun menjadi salah satu bandara tersibuk dan terbaik di Asia, bahkan Dunia, Hong Kong International Airport ini malah sangat ramah untuk para Backpacker Gembel kayak gue. Begitu pesawat mendarat dan para penumpang masuk ke bandara, gue langsung disambut oleh lantai keramik yang mengkilat bagaikan kaca. Jalan lagi sedikit, sekarang giliran lantai dengan full karpet tebal menyambut gue menuju check-in imigrasi. Gak ketinggalan, teknologi-teknologi bandara yang canggih, tourist information yang sangat membantu, money changer yang buka sampai malam, dan tentu saja yang paling penting adalah wifi yang kenceng. Ini baru bandara bintang 5.

Tourism Board, Very Helpful!

Karena waktu itu gue sampai di Hong Kong udah pukul 10 malam. Gue memutuskan untuk menginap di bandara. Begitu selesai nuker uang dan ngambil banyak brosur informasi tentang pariwisata dan transportasi di Hong Kong, gue langsung cengo ngeliat luasnya bandara ini. Banyak toko-toko souvenir, toko waralaba sampai toko-toko yang menjual barang-barang ber-merk. Gue bingung, ini bandara apa mall?


Bandara Hong Kong ini ramai mulai pukul 5 pagi sampai dengan 11 malam (pengalaman 3 hari tidur di Bandara Hong Kong.) Jadi kerjaan gue di Hong Kong ini, sebagai berikut :

Bangun Pagi - Pergi ke toilet bandara - Bersih-bersih (cuci muka, cuci kaki, cuci titit, pokoknya cuci semua yang bisa di cuci) - Pergi ke terminal bus bandara - Jalan-jalan keliling Hong Kong ampe malem - Balik lagi ke bandara - Pergi ke toilet bandara - Bersih-bersih (cuci muka, cuci kaki, cuci titit, pokoknya cuci semua yang bisa di cuci)  - Tidur.

Terus begitu selama 3 hari. Wan Wan Emoticons 46

Kalo begitu langsung aja, yah, gue kasih tau beberapa hal penting di Hong Kong International Airport.

Tempat Tidur

Karena bandara ini gede banget dan ramainya hanya di jam 5 pagi sampai 11 malam, setelah jam 11 malam ke atas, toko-toko semua tutup, tinggal tersisa restoran-restoran fast food semacam McD yang buka selama 24 jam. Nah, setelah toko-toko tutup dan bandara sepi, akan ada banyak sekali lapak buat kita tidur. Mulai dari lantai, kursi sampai di restoran itu sendiri.

Menemukan Cinta Saat Backpacking

Apa yang paling bikin gue bangga jadi seorang penulis?

 
Dapet duit royalti? Terkenal? Nama gue bisa mejeng di Gramedia? Punya banyak fans? Dapet tawaran kerja ini itu? Jadi nampak lebih ganteng, walaupun gue udah ganteng?

Bukan. Semua itu gak bikin gue bangga jadi penulis. Semua itu hanya feedback yang lo dapat kalo lo membuat sebuah buku, lalu buku lo diterbitkan dan disukai banyak orang.
Bukan itu banget alasannya.

Apa yang bikin gue bangga jadi seorang penulis?

Mungkin, tulisan dari Putri Normalita ini bisa menjawabnya.

Gue sadur tulisan ini dari blog dia langsung, tentu saja dengan izin dari yang punya. Bahkan dia yang nyuruh gue buat buru-buru posting ceritanya. Aku dipaksa :( 

So, enjoy!


Catch a dream ;’)

 


Moment ramadhan dan menjelang lebaran membuat gue gak memiliki rencana perjalanan atau destinasi menarik yang bisa ditumpahkan diblog gue tercinta. Moment seperti ini juga harus dihindari para backpacker jika ingin tetap berhemat, karna lebaran tahun lalu gue nekat mendaki Gunung Papandayan-Garut dan alhasil biaya transport menjadi *JEGER mahalnya. Well mungkin ada hal lain yang bisa kita bahas kali ini selain Travelling yang berat (banget) dilakukan saat berpuasa.


Gue yakin 100% semua travel blogger Indonesia yang berkecimpung didunia maya pasti kenal dengan forum Celoteh Backpacker yang dilahirkan oleh Traveler Gembel Gila bernama Mohamad Takdis (@takdos) tahun 2012 lalu. 1.349 Members bukan jumlah yang sedikit untuk bisa membantu gue memberi info atau mungkin teman baru diperjalanan ke Bali oktober tahun lalu, so seperti teman pejalan lainnya gue mencoba peruntungan diforum tersebut.


image 


Obrolan tersebut terjadi diinbox facebook gak lama setelah gue posting di Celoteh Backpacker.Mas Rijal Fahmi Mohamadi yang sudah gue panggil belih ini ternyata asli jawa timur dan bukan orang bali, tapi karna mas sepertinya terlalu mesra gue jadi memanggilnya dengan sebutan kak .Yess dapet temen, artinya gue batal jadi gembel :D.

Travel in Love South East Asia #3


Good Bye Indonesia..

           
            Dari kejauhan, tibalah mobil Toyota Yaris berwarna silver ber-plat B, mobil Naya. Eh, tunggu, tapi kok ada mobil polisi ngikutin dibelakangnya? Lah? Pasti Naya kena razia orang jelek, terus dikejar sampai bandara, nih. Pikir gue.

“Kok, Ada polisi sih, Nay?” Tanya gue, saat Naya turun dari mobil.

“Hehe..” Naya cuma ketawa garing. Terus Naya nyamperin polisi itu, dan ngasih beberapa lembar uang berwarna merah.

“Loh, ada apa ini?” Gue makin bingung.

“Pas kena macet, aku turun dari mobil, terus lari di jalan tol terus nyamperin polisi patroli lagi diem dipinggir jalan, terus aku minta tolong sama dia buat ngawal ke bandara deh supaya cepet.” Terang Naya.

            Mata gue nanar, akhirnya Naya berbuat sesuatu yang pintar. Gue nepuk pundak dia tanda bangga seraya bilang, “Gokil sekali kamu.. MUAHAHAHA..”

“Yang, ambilin tas aku di bagasi mobil, dong. Aku mau ngecek barang dulu takutnya ada yang ketinggalan di dalem mobil.” Pinta Naya. Gue pun ngebuka bagasi mobil Naya.

“Ugh! Buset, dah. Ini apaan deh, Nay. Berat banget.”

“Hah? Ya, itu barang-barang aku.” Jawab Naya singkat.

“Serius? Isinya apaan, batako?” Tanya gue.

“Nggak, lah. Itu ada baju aku, celana pendek, celana panjang, sepatu, jaket, air softlens, alat make up, catokan, sama hair dryer.”

“.....” Gue cuma bisa bengong.

“Seriusan lu bawa catokan sama hair dryer? Terus baju sama celana bawa berapa?”

“Baju 9, celana pendek 3, celana panjang 3, jaket tebel 1, sama cardigan 2.”

“.........” Seluruh Bandara Soerkarno Hatta hening.

 “Udah, sekarang bongkar tasnya, tinggalin yang kira-kira gak kepake.” Gue memecahkan keheningan.

“Tapi semuanya kepake, yang.”

“.........” Hening lagi 3 menit.

“Yaudah, hair dryer tinggalin, baju bawa 5, celana bawa 3. Sepatu gak usah, pake yang dipake sekarang aja.” Lagi-lagi gue memecahkan keheningan.

“Tapi...”

“UDAH CEPEEEET! NTAR KITA MAKIN TELAT!”

“Iya.. iya..” Naya, pun membongkar lagi barang-barangnya.

“Girls! Hih!”

Backpack Naya..


            Setelah menyisihkan barang yang gak perlu dan pamitan sama kakak dan saudaranya yang nganter Naya, kita berdua langsung buru-buru check-in ticket dan lari tunggang langgang  ka gate 16 karena suara  si mbak-mbak di pengeras suara sudah minta penumpang tujuan Singapur buat masuk ke dalam pesawat. Dan benar saja, ternyata kita berdua adalah penumpang terakhir yang masuk ke dalam pesawat. Semua penumpang di kabin ngeliatin kita berdua. Naya.. Naya..

Indonesia, kita berdua pamit.


Touchdown Singapore !!


            Singapur adalah negara pertama yang kita tuju dalam rangkaian trip keliling Asia Tenggara, kita tiba di Bandara Changi pukul 8 malam waktu Singapur. Bandara Changi ini termasuk bandara paling besar, canggih dan sibuk di dunia. Saking besarnya, di bandara ini lo bisa lari-lari sambil main sepak bola, bahkan lari marathon pun kayaknya bisa diadain di sini.