My First Backpacking Experience
|
Enjoy your world, fellas
Pernah gak lo pada ngerasain bosen, bete, mager (males gerak), terkekang, tertindas, terinjak, terlena, terlalu dan ter.. ter.. lainnya karena saat lo dapet liburan semester yang panjang, tapi gak lo pake buat ngapa-ngapain atau gak lo pake buat kemana-mana banget. Cuma diem di rumah, maen komputer, maen handphone, maen facebook sama twitter, tidur, makan, nonton DVD bokep , maen PS, ngocok (kartu), tidur lagi dan makan lagi, dan begitu seterusnya. Nah, itulah yang awalnya memotivasi gue untuk akhirnya iseng-iseng searching tiket murah ke luar negeri.
|
Singkat cerita, akhirnya gue mendapatkan tiket promo Air Asia yang “lumayan” murah untuk pulang-pergi dari Jakarta menuju Phuket Thailand dan kembali lagi ke Jakarta. Otomatis inilah pengalaman pertama gue traveling sendiri ke luar negeri, walaupun, ini bukan pertama kalinya gue ke luar negeri. Soalnya dulu pernah sempet ikutan job training ke Malaysia selama enam bulan dan kebetulan gue jadi best trainee. *mamerin sertifikat best trainee* #Abaikan.
Anyway, Gue ke Phuket Thailand tentunya bukan sebagai turis yang bawa koper seabreg, baju selusin, nenteng kemeja rapih, kacamata lebih dari satu, terus bawa duit Dolar segepok. Tapi sebagai backpacker !! Backpacker yang mau gak mau harus bopong tas segede gaban, yang harus mau naik kendaraan umum super bobrok, dan yang harus makan murah apa adanya yang penting kenyang. Nampak seperti gembel? Iya memang, tapi gembel dengan tingkat kecerdasan sangat tinggi dalam hal me-menej perekonomian karena harus super duper irit buat ngeluarin duit, even itu cuma 100 Rupiah doang. Itulah hebatnya backpacker. Proud to be a backpacker !!
Sedikit kata pembuka untuk kalian para petualang dengan budget minim.
''jangan pernah takut untuk meng-explore dunia luar, karena tidak akan pernah ada yang sia-sia, celebrated our life because life an adventure''
Sawasdee Thailand
Cerita ngegembel ini tentunya gue awali dari rumah gue di Bandung, dengan berbekal uang seadanya dan restu dari kedua orang tua gue, gue pun memulai perjalanan dengan bis menuju Bandara Cengkareng, berangkat dari Bandung pada pukul sepuluh pagi dan sampai ke bandara pada pukul satu siang, gue bingung karena ini pertama kalinya gue ke luar negeri sendiri. Pertama gue check-in di counter Air Asia dengan membayar pajak bandara sebesar 150.000 Rupiah, mahal. setelah check-in dan lain-lain, gue pun menghadapi gerbang imigrasi dan scaner barang bawaan.
Beres dengan tetek bengek pengecekan, gue pun menunggu pesawat di boarding room, gak lama pesawat pun datang tepat waktu pada pukul empat lebih empat puluh menit dan sampai di Phuket pada pukul delapan lebih lima menit, lebih cepat lima belas menit dari jadwal. Di pesawat gue bertemu dengan Febry, Yunus, Saras dan Eji, empat orang anak Universitas Indonesia yang akan berlibur sama seperti hal nya gue. Dan pada akhirnya setelah perjalanan ini gue berteman baik dengan mereka. *kecup basah buat lo berempat*
|
galau nunggu pesawat |
Karena menurut info yang gue baca, transportasi bis yang menuju ke Phuket Town dari bandara paling telat adalah pukul sembilan malam, karena gak mau ketinggalan bis gue gak terlalu merhatiin bandara ini seperti apa, setelah melalui gerbang imigrasi gue pun langsung menuju pintu keluar tanpa melakukan scan check terlebih dahulu dan dipersilahkan melenggang dengan mudah melewati pengecekan. Entahlah, mungkin karena petugasnya lihat gue cuma bawa tas ransel jadi gak terlalu di bikin ribet, ataupun mungkin karena gue ganteng apa adanya jadi dia segan buat ngecek gue. Hehe. Dan disini juga lah gue berpisah dengan empat anak nyasar dari Universitas Indonesia.
(info : bus terakhir dari bandara menuju Phuket Town adalah pukul sembilan malam)
Pertama kali menghirup udara Phuket pada malam hari, gue pun langsung berlari menuju stasiun bis yang berada di samping pintu keluar bandara yang akan mengantarkan gue langsung menuju Phuket Town, dengan ongkos 85 Baht gue langsung menuju Phuket Town, ternyata bukan cuma di Indonesia aja yang ada kenek nya, ternyata di Thailand, bis bis disini pun menggunakan jasa kenek untuk meminta ongkos kendaraan dari penumpangnya, kebetulan kenek bis gue saat itu gak terlalu bisa bahasa Inggris, alhasil dengan bahasa tarzan sambil nunjukin sebuah alamat hostel yang bakal gue kunjungi dia pun akhirnya ngerti dan tau dimana gue bakal diturunin.
Turun dari bis tepat di depan hostel yang gue maksud, gue langsung check in di Hostel Lub Sbuy yang udah gue incer dulu sebelumnya dari internet, kamar dorm yang gue sewa sebesar 300 Baht/ malam dan deposit 100 Baht lumayan murah untuk hostel seperti ini, dengan bentuk bangunan yang tidak terlalu besar, hostel ini lebih ke gaya minimalis spektakuler spekulasi organisasi *buka kamus bahasa Indonesia*, kebetulan Hostel Lub Sbuy ini adalah hostel yang baru dibangun, hostel bertingkat empat dengan cukup banyak kamar yang disediakan, juga share bahtroom berkeramik kinclong ditambah gratis shampo dan sabun cair, sangat sepadan dengan apa yang gue bayar, ditambah juga fasilitas lain seperti free wifi, internet komputer, lobi yang nyaman dan staff yang helpful banget.
|
Lub Sbuy's Room |
Gue booking kamar selama dua hari disini, dan mendapatkan kamar dilantai paling atas, ketika pertama kali membuka pintu geser dan masuk ke kamar, ternyata ada dua orang bule yang telah dua hari menginap di kamar ini sedang minum rokok sambil ngenyotin beer. Loh? Awalnya sih gue agak canggung satu kamar dengan mereka yang jelas-jelas sangat asing bagi gue, takutnya sih gue diiket gitu di kasur terus ditelanjangin terus dipaksa buat ngejilatin bulu ketek mereka, itu kan serem banget. Anyway, ternyata mereka sangat welcome dan bersahabat, dan gak maksa gue buat ngejilatin bulu ketek mereka. Mungkin karena kita sama'-sama backpacker. Jadi kita banyak ngobrol tentang pengalaman ber-backpacker sambil saling mengenal satu sama lain. Obrolan gue dengan mereka ditemani juga oleh lagu-lagu rock yang menghentak keras dari handphone Sony Ericsson milik salah satu dari mereka.
Another day is going by
I'm thinking about you all the time
But you're out there
And I'm here waiting
And I wrote this letter in my head
Cuz so many things were left unsaid
But now you're gone
And I can't think straight
This could be the one last chance
To make you understand
I'd do anything
Just to hold you in my arms
To try to make you laugh
Cuz somehow I can't put you in the past
I'd do anything
Just to fall asleep with you
Will you remember me?
Cuz I know
I won't forget you
#NowPlaying Simple Plan - I’d Do Anything
Manu Heusinger dan Michael Rudloff nama mereka, dua orang pelajar yang gak jauh beda umurnya dari gue ini berasal dari Jerman, yang ternyata sedang libur panjang juga sama seperti gue, Manu ini adalah seorang remaja yang menurut gue mirip Eminem, tetapi dengan banyak bulu pirang yang menggeliwir di dadanya, sedangakan Mike lebih mirip komedian asal Amerika, yang kalo gue gak salah sih namanya adalah Ucok Baba.
Belom nyampe sejam gue nyampe di hostel, mereka langsung ngajak gue jalan ke club atau bar daerah Phuket. Entahlah ini ajakan persahabatan atau ajakan setan, karena, dengan dasar apa mereka mengajak gue ke tempat begituan? Apa mereka gak melihat tampang innocent nan lugu yang ada di muka gue? Apa mereka gak melihat aura positif yang terpancar dari pantat gue? Anyway, buat kali ini gue pengen ngikutin setan aja, empat jam perjalanan pesawat, lari-lari di Bandara Phuket, naek bis dengan kenek yang harus pake bahasa tarzan dulu baru ngerti apa maksud gue, ditambah semua kecapean dan kelelahan yang gue alami selama perjalanan ini gak gue hiraukan. Gue pengen liat banci dan wanita seksi Thailand !! Haha. So exciting.
|
Pink Ledeeeeh Beybeeehh.. |
Basic nya dunia malam Phuket sangat membosankan, tidak ada tempat dugem untuk mencurahkan kemampuan triping gue (yaelah, tripiiiing, jaman kapan tuh dis?) Hanya ada restoran, cafe dan bar-bar kecil, dan itu pun hanya buka sampai pukul satu malam saja, banyak turis yang bilang Phuket Town sangat membosankan, tetapi pada akhirnya Gue, Manu dan Mike menemukan sebuah bangunan mencurigakan yang kita bertiga mensinyalir itu adalah sebuah club remang-remang tempat dimana mata gue bisa ber-rekreasi dan celana gue bisa jadi mendadak sempit. Nama bangunan ini adalah Pink Lady, bangunan persegi panjang yang mirip rumah makan padang Doa Bundo di kota gue tapi yang membedakannya adalah poster besar beberapa wanita berbaju minim yang sedang berpose seksi terpampang di depannya. Semakin membuat kita bertiga sebagai pemuda penuh gejolak jiwa langsung masuk ke dalam bangunan bernama Pink Lady tersebut.
Pertama kali masuk kesana dengan pintunya yang cukup besar dan kondisi ruangan yang dengan pencahayaan apa adanya, membuat gue berasa kaya di tempat karoukean mesum di Bandung. Dengan lampu kelap-kelip kecil yang apa adanya juga dan jejeran sofa empuk dengan para wanita seksi sebagai waitress-nya ditambah satu panggung yang cukup lebar tapi tidak terlalu tinggi. Gak lupa juga ada lady boy Thailand yang baru pertama kali gue liat langsung dengan mata kaki gue sendiri. Well, Kita pun duduk dan memesan tiga botol beer Shang-hai,harga beer di dalam club memang lebih mahal dibandingkan dengan beer yang ada di mini market.
Beberapa puluh menit berlalu, kita sempat jenuh juga cuma diem aja, karena ternyata hiburan yang disediakan disana hanyalah perempuan-perempuan Thailand yang saling bergantian menyanyi di atas panggung, mana gue gak ngerti juga dia nyanyi apa, “tong pang tong seng cung lang heng naaang” begitulah nyanyian yang gue dengar. Gila !! Sumpah bete, jijik, kentang, gak enak banget diem disini.
Eh, tapi setelah kesabaran gue untuk menahan ke-bete-an itu, akhirnya terbayar juga. #JengJongJeng *lo bayangin backsound saat Superman nongol*. Semua wanita yang tadinya bernyanyi bahasa alien secara bergantian, akhirnya kumpul semua dalam satu panggung dan mulai menari-nari nakal, menggelinjang, memamerkan kemolekan mereka, ada yang goyang seadanya, ada yang goyang mirip Anisa Bahar, ampe ada yang goyang sambil buka beha dan mamerin daerah selangkangan mereka. Mungkin ada sekitar 30 wanita di atas panggung itu, sungguh sangat sangat membangkitkan semangat Gue, Manu dan Mike yang dari tadi letih, lemah dan lesu. Dan akhirnya kita bertiga cuma bisa melototin mereka goyang-goyang sambil sedikit ngeces tentunya. Sluuurrrpp.
Ternyata setelah gue tanya sama waitress-nya, kenapa semua cewe-cewe itu ngumpul di atas panggung terus joget-joget birahi gitu, ternyata itu adalah cara mereka untuk menjual diri mereka, yah, hampir sama kaya kalo lo mau beli barang, nah si barang itu dipajangin dulu. Harga buat “nyobain” mereka bervariasi, mulai dari 5.000 Baht sampai 20.000 Baht. Haha. Harga yang mahal tentunya bagi gue sebagai seorang backpacker gembel, mending gue pergi ke kamar mandi, buka celana, ambil sabun, terus........ Ya mandi, emang dipikiran lo gue mau ngapain? Hahaha.
Puas memanjakan mata dan ngebangunin dikit si “adek”, selesai sudah urusan gue dengan dunia fana itu, Gue, Manu, dan Mike pun bergegas pulang ke hostel untuk istirahat. Man is what a Man do.
I LOVE BEACH
Saat gue terbangun dari tidur sambil mimpi mesum siang itu, kedua teman sekamar gue dari Jerman itu sudah tidak ada di tempat tidur mereka, barang mereka sudah lenyap, kasur mereka sudah tertata rapi, bau beer khas orang Jerman pun sudah hilang dari udara di kamar gue. Gue baru inget, mereka cerita semalam kalo mereka bakal langsung melanjutkan perjalanan saat pagi hari menuju Phi Phi Island. Ihh, nyesel banget padahal gue belum sempat berfoto, cipika cipiki, pegang-pegangan tangan atau saling bertukar facebook dan kolor dengan mereka. #Hening.
|
Bis di Phuket |
Gue pun akan menghabiskan hari ini dengan itinerary yang sudah gue buat sebelumnya, mengelilingi Phuket Town dan mengunjungi beberapa pantainya. Di Phuket Town-nya sendiri, tidak terlalu banyak tempat menarik yang bisa gue kunjungi, hanya Old Phuket Town (seperti kota tua di Jakarta) dan beberapa daerah lain yang tidak terlalu menggejolakkan minat gue, akhirnya dengan tekad membara, gue memutuskan untuk mengunjungi beberapa pantai yang dekat dengan Phuket Town, yaitu Kata and Karon Beach. Gue naik bis dari Ranong Road di Phuket Town menuju Kata Beach dengan ongkos sebesar 30 Baht. Gue pikir ini bukan bis, jadi transportasi yang gue naiki ini memang disebut bis sama warga sekitar dan para wisatawan, tapi bis yang dimaksud adalah sebuah truk bak yang dimodifikasi, dikasih penutup gitu atasnya biar yang naik gak kepanasan, terus tempat duduknya terdiri dari tiga baris kursi panjang, hampir mirip seperti angkot kalo di Indonesia, cuma yang ini bentuknya buka mobil kecil gitu, tapi sebuah truk gede yang bisa muatin kurang lebih 20 penumpang.
|
Kata Beach |
Cukup 20 menit perjalanan ke Kata Beach, selama perjalanan gue disuguhi banyak jalan menanjak dan tebing-tebing batu tinggi. Sesampainya di Kata Beach gue memutuskan untuk makan dan membeli air mineral, karena sedari bangun tadi mulut gue belom nyentuh air sama sekali. Anyway, Kata Beach menurut gue adalah pantai yang cukup bagus, dengan pasir pantainya yang putih dan airnya yang biru tenang. Pantas banyak sekali turis yang datang kesini bukan hanya sekedar untuk berenang, tetapi banyak juga turis yang datang hanya untuk berjemur, men-tattoo badannya, sampai ada turis yang dateng kesini cuma beli jus segar yang dijual di pantai. Sedangkan Karon Beach yang berada di sebelah Kata Beach lebih tenang dan tidak terlalu banyak turis. Yang gue salut disini tuh adalah kebersihan pantainya, gue menyaksikan sendiri ada turis bule yang masih bocah berjalan ke tempat sampah hanya untuk membuang bekas bungkus permen karet doang, padahal tempat dia diem di pantai itu cukup jauh dari tempat sampah. Salute !!!
Berenang di pantai udah, berjemur ala bule biar kulitnya item padahal gue item udah, makan sama minum udah, cuci mata liat bule berbikini juga udah. Gue pun pulang kembali ke Phuket Town. Di hostel, gue pun bergegas untuk mandi dan membersihkan diri, setelah itu bersitirahat sejenak lalu pergi jalan-jalan buat menikmati pasar malam di Phuket, pasar malam di Phuket Town tidak jauh dari hostel gue, cukup berjalan kira-kira 127 langkah di tambah salto ke belakang tujuh kali.
Di pasar malam Phuket Town berjajar banyak tempat makan dan kios-kios yang menjual berbagai cendera mata tentang Phuket, mungkin ini sekilas mirip Gede Bage di Bandung, banyak deretan toko baju di sepanjang jalan, tapi gue gak begitu tertarik, selain modelnya yang biasa aja, gambar-gambar di kaosnya pun norak. Satu-satunya yang menarik buat gue hanya kuliner alias makanannya aja, untuk pertama kalinya gue mencicipi Tom Yum asli made in Thailand !!! Harganya emang cukup mahal menurut gue, 150 Baht untuk semangkuk besar Tom Yum Seafood hangat, tapi sangat sebanding dengan rasa dan rasa dan rasanya yang sangat sangat sangat enak. Dengan kuah asem pedes gurih, ditambah potongan-potongan cumi, ikan, udang dan berbagai sayuran di dalamnya, membuat lidah gue tiba-tiba kebal dengan panasnya kuah Tom Yum dan gak berhenti-berhenti nyeruput kuahnya. Laziiiiiiz.
Kenyang menyantap makan malam, gue beristirahat dan tidur dengan damai, karena besok gue harus bangun pagi untuk check out dan bertemu dengan seorang teman yang akan mengajak gue berkeliling Phuket. Sound like awesome yeaaaah !!!
(info : perhatikan selalu jadwal bus bila ingin berpergian menggunakan bus)
(info : untuk mengelilingi Phuket Town akan sangat jauh lebih mudah menggunakan motor, harga sewa motor hanya 300 Baht/hari)
One Day Full with Thanyalak Nunok Nongsin
Dari pagi gue udah manteng nongkrong di lobby buat nunggu temen gue jemput, lama gue menunggu di lobby hotel, teman gue pun datang dengan sepeda motornya, kita pun berkenalan, Nunok namanya, dia seorang cewe, sebaya dengan gue, kulit hitam manis khas Asia Tenggara, berambut panjang lurus terurai mirip bintang iklan shampo kadal dan berpostur badan lumayan tinggi, awalnya gue berkenalan dengan dia di situs jejaring sosial facebook. Iseng-iseng cari cewe Thailand buat nemenin gue pas traveling, eh, dengan beruntungnya gue nemuin ID facebook-nya si Nunok ini, dan bisa bertemu juga di Thailand. Setelah berkenalan gue pun dibonceng untuk mengelilingi Phuket. Lets Rocking Phuket.
Tujuan pertama kita adalah tempat makan, secara Gue dan Nunok belum sarapan pagi hari itu. Lumayan cukup jauh dari pusat Phuket Town kita makan di depan sekolah Nunok, sekolah Nunok ini berada di pinggir jalan, di depan sekolahnya pun banyak berjejer penjual makanan, hampir sama kaya sekolah-sekolah di Indonesia menurut gue.
Menu sarapan pagi ini adalah Som Tam dengan harga 50 Baht/porsi, kalian tau Som Tam itu apa? Itu adalah makanan khas Thailand yang sekilas hampir mirip asinan Bogor dengan berbagai macam sayuran dan buah-buahan yang diiris-iris tipis, tapi bedanya Som Tam ini ditumbuk, dan yang anehnya lagi, Som Tam ini dicampur dengan kepiting kecil mentah yang digeprek. Som Tam disajikan dengan mie udon kering dan ketan, ditambah lalab-lalaban berupa kacang panjang mentah, kol dan daun kemangi. Seperti masakan sunda yah? Rasanya sih menurut gue sangat aneh dan bikin mual pengen muntah. Nah, cara makan kepiting kecil yang digeprek itu harusnya disedot aja, tapi gue malah di kunyah dan di telan, setelah gue liat muka Nunok yang keheranan sambil ketawa-ketawa, gue baru nyadar akan kebegoan gue.
|
Som Tam |
Selesai dengan sarapan yang bikin perut gue mual, kita melanjutkan perjalanan ke banyak tempat seperti Love Park, Wat Chalong (kuil Buddha terbesar di Phuket) disini gue ikut ritual sembahyang dan mencoba ramalan peruntungan dengan menggunakan banyak stick bernomer yang disimpan didalam satu gelas besar, lalu gelas itu dikocok-kocokan secara asal, nah, nanti kalo ada stick yang keluar dari gelas, kita liat nomer di stick itu, lalu kita ambil kertas yang disimpan disebuah lemari sesuai dengan nomer yang kita dapat, dikertas itu terdapat tulisan Thailand yang berupa ramalannya. Beruntung gue dapet ramalan yang baik hari itu. Hehe.
Dari Wat Chalong, Nunok megajak gue mengunjungi Big Buddha yang berada di bukit cukup tinggi, ternyata disana sudah lumayan banyak turis yang berkunjung, selain melihat Big Buddha yang emang bener-bener besar sedang bertapa, disana ada juga beberapa patung Buddha kecil dengan bermacam-macam gaya, ada yang lagi tidur selonjoran mirip ibu kos nunggu bayaran, berdiri sambil menempelkan kedua tangannya, ada yang lagi melebarkan tangannya, dan masih banyak lagi style dari si patung Buddha tersebut. Nah, disana juga gue ketemu sama turis yang berasal dari Belanda, gue ngobrol-ngobrol dikit sama dia, setelah gue tanya, apa dia pernah mengunjungi Indonesia, dengan semangat menggebu-gebu dia banyak bercerita tentang Indonesia, dia pernah mengunjungi Bali, Kalimantan, Tana Toraja, sampai Papua pun pernah dia kunjungi. Dengan muka berseri-seri dia bilang kalo Indonesia sangat keren dan unik. Bangga kan jadi seorang Indonesia?
|
Gue dan Big Buddha |
Waktu sudah menunjukan pukul empat sore, dan Nunok dengan semangat mengajak gue melihat sunset di Phromthep Cape, tempat yang sangat indah bila lo dateng kesini berdua bareng pacar apalagi selingkuhan. Di Phromthep Cape kita bisa liat laut lepas Thailand, karena sunset viewpoint ini berada tepat banget di ujung selatan Phuket. Yang bikin gue nyesel, gak banyak foto yang bisa gue ambil, soalnya baterai kamera digital gue abis. Terlalu !!
Dengan terbenamnya matahari di Phromthep Cape mengharuskan gue meninggalkan tempat itu, Nunok meminta gue untung mengendarai motornya kali ini, dan mengantarkan dia ke Blue Lagoon untuk casting sebuah film. Blue Lagoon adalah sebuah komplek perumahan di pinggir pantai, dan pastilah orang-orang kaya yang bisa tinggal disini. Dengan bangunan-bangunan rumahnya yang super besar dan mewah, juga terdapat banyak yacht atau kapal-kapal pesiar besar yang terparkir. Mirip Ancol gitu deh.
Setelah casting Nunok selesai, Nunok tanpa lelah atau capek mengantarkan gue ke kawasan Patong dan mencari hostel murah disana. Sesuai dengan itinerary, gue bakalan nginep dua hari di Patong. Puter-puter mencari hostel yang murah, akhirnya gue menemukan satu hostel bernama Cheap Charlie, dari namanya aja udah kedengeran murahkan? Cheap Charlie berada di daerah ujung dari Patong, cukup jauh dari Jungcyloon Mall dan Pantai Patong, tapi sangat murah, hanya dengan 200 Baht/malam, Cheap charlie ini hostel yang sangat bergaya backpacker banget, selain dorm room super dempet-dempetan antara kasur dengan kasur, interior yang memajangkan banyak benda-benda unik seperti topeng dan patung kecil dari beberapa negara, disini juga tersedia bar yang nyaman untuk para tamunya. Gue pun mem-booking-nya untuk dua malam.
|
Nunok (Nice Girl) |
Dengan sebuah pelukan hangat, akhirnya gue berpisah dengan gadis baik hati bernama Thanyalak Nunok Nongsin. Thanks Girl.
Untuk menghabiskan malam, gue mau main ke pasar malam Patong, disana sangat banyak berjejeran penjual makanan mulai dari halal sampai haram, minuman mulai dari jus sampai alkohol dan baju mulai dari baju anak sampe baju gajah ada di pasar malam Patong. Gue membeli nasi ayam rempah seharga 60 Bhat untuk mengganjal lambung gue yang udah merinding disko.
|
Pasar Malam Patong |
Gue melanjutkan berjalan kaki menuju Bangla Road, Bangla Road adalah nama sebuah jalan yang gak terlalu panjang, tapi Bangla Road ini menjadi pusat keramaian di Patong, mungkin Patong lebih tepat menjadi city point dibanding Phuket Town. Banyak bar dan restoran berjejer di Bangla Road, dengan para wanita berbaju seksi dan hot berdiri di depan sebagai front liner bar untuk menarik para turis berkenjung ke bar mereka. Karena gue bukan tipe orang yang suka party dan mabuk-mabukan sambil ngegrepe mbak-mbak cantik yang entah itu cewe asli atau bencong, gue pun hanya lewat aja di Bangla Road untuk menuju Pantai Patong. #PadahalGakGablegDuit.
Desiran ombak, hembusan angin dan suara gesekan dari daun-daun kelapa yang berjejer sepanjang Pantai Patong yang sepi, membuat gue sedikit rindu sama seorang wanita yang gue suka di Bandung.
Ohhh..
this is how i feel
whenever i'm with you
everything is all about you
too good to be true
somehow i just can't believe
you can lay your eyes on me
if this is a fairy tale
i wish you will end happily
even know we are a part
i can feel you here next to me
here and now i will love
stay with me
let me love you with all my heart
you are the one for me
you are the light of my soul
let me hold you with my arms
wanna feel love again
wanna feel love again
wanna feel love again
and i know love is you
love is you
love is you
#NowPlaying Ten 2 Five - Love is You
(info : buat yang mau coba wanita nakal di daerah Patong, kalian bisa menggunakan jasa pijat plus-plus dengan harga 500 Baht sekali show. Tapi hati-hati, kalian harus memilih dengan jeli mana wanita mana lady boy. Salah-salah bukannya masukin, Eh, malah dimasukin. Kan perih. #17+)
Patong, Palakin isi Kantong
Matahari sudah terik, membuat kamar yang gue tiduri ini berhawa sangat panas dan pengap, gue bangun agak siang hari ini, karena hostel yang gue tinggali ternyata sangat banyak vampir terbang (dibaca : nyamuk) ditambah dengan kasurnya yang keras, membuat badan gue agak-agak pegel dan gatel minta digaruk. Harga emang gak pernah bohong Boss.
|
Cheap Charlie's Room |