Derawan 60L - Backpack Pertama Whatever I'm Backpacker!




Gue akan mengawali postingan ini dengan membaca  Bismilahirohmannirohim. Amin.

Satu lagi mimpi gue akhirnya bisa terwujud. Dari hobi backpacking, gue niat banget buat bisa punya backpack dengan brand sendiri, yaitu brand “Whatever I’m Backpacker.”

Dan akhirnya mimpi itu ter-realisasi-kan.

Langsung aja gak banyak bacot, buat lo yang mau tampil makin keceh saat backpacking, nih :


Derawan 60L



Bahan Utama  : Black Cordura Nylon

Front load - Upper load (2) - saku kiri dan kanan - hanger untuk tenda dan matras, dll.

Ukuran  : Tinggi 60cm | Panjang 30cm | Lebar 25cm (2 frame besi ukuran 55cm) - Berat Maksimal 20-25kg

Keterangan : Backpack dengan ukuran 60L bisa dipakai backpacking dengan membawa keperluan selama satu bulan (pengalaman gue dan temen gue yang cewek.)

Gak perlu takut gak bisa masuk kabin. Backpack ukuran 60L bisa masuk kabin, kok. Barang bawaan kabin itu tergantung berat, volume 60L masih bisa disimpan dalam kabin pesawat.

Backpack sudah diuji coba oleh anak Wanadri (pecinta alam) yaitu saudara @auliaperdna dan teman-temannya muncak Gunung Gede Pangrango, Salak, Ciremai, dan lain-lain. No Pegel, No Jebol!


Rp. 550.000,-


Stock Terbatas, sob. Cuma 20 biji, dan sekarang sisa 7 lagi. (stock akan di-update terus)

Cara Order :

1. Untuk yang punya twitter, kalian bisa langsung mention akun @WTVRBCPR untuk order.

2. Selain lewat twitter, kalian bisa sms ke nomer 082117942633 (Rafi)

3. Nanti akan dikasih tau ongkos kirimnya dan total biaya semuanya.

4. Transfer ke :

BCA : 1571-3666-44 (atas nama : Mochamad Takdis)
Mandiri : 10900-1004-9815 (atas nama : Muhammad Rafi Hardiansyah)

5. Kirim/ beri tahu bukti transfer via twitter/sms (konfirmasi)

6. Backpack Derawan 60L akan dikirim serentak pada hari Selasa tanggal 15 Oktober 2013.



SO, GRAB IT FAST, BACKPACKERS!

Kenapa Menulis?

“Kenapa lo jadi penulis, Dis?”

Sebuah pertanyaan terluncur dari mulut seorang teman saat kami tak sengaja bertemu di salah satu beer house di Bandung. Gue yang sedang asyik ngetik di depan laptop langsung menghentikan jari-jari gue yang sedang “menari” di atas tuts keyboard.

“Hemm..” Gue terdiam sejenak. Mengambil botol kecil beer bintang, lalu menenggaknya perlahan.

“Gini.. Lo pernah gak, punya sesuatu yang pengin diceritain, tapi lo gak tau mau cerita ke siapa dan bahkan, lo gak tau mau mulai cerita darimana?”

Teman gue mengangguk. Gue melanjutkan cerita.

“Nah, dari rasa pengin sharing itu, akhirnya gue iseng. Inget, awalnya gue cuma iseng doang nulis.” Gue mengutipkan tangan dan memperlambat lisan di kata iseng.

“Iseng?” Temen gue heran.

“Iya. Iseng. Awalnya gue nulis di note FB. Terus bikin blog. Terus singkat cerita, gue dapet apresiasi dari apa yang gue tulis. Berupa komen dan pujian. Nah, itu yang bikin gue malah suka sama yang namanya menulis.”

“Jadi lo nulis buat dapet pujian, Dis? Yaelah, dangkal banget kalo gitu, mah, alesannya.” Sekarang giliran temen gue yang meneguk Beer Carlsberg-nya.

“Bentar. Gue tanya ke elo sekarang. Lo pernah dipuji?” Gue balik bertanya.

“Pernah. Kan lo tau sendiri gue jago basket. Juara ini itu.” Terang temen gue.

“Nah! Gue nyadar diri, nih. Gue gak pinter. Gue juga gak jago olahraga kayak elo. Intinya, gue adalah orang yang gak bisa dapet apresiasi dari apa yang gue perbuat. Toh, gue emang gak jago ngapa-ngapain. Kan lo tau, untuk dapet sesuatu yang lebih, lo harus punya sesuatu yang lebih juga. Contohnya elo, dengan skill basket lo yang dewa itu.”

“Yups, terus?”

“Percaya gak percaya, dari menulislah akhirnya gue ngerasa nemuin apa yang gue inginkan selama ini. Keinginan yang bahkan gak pernah gue bayangin.” Gue mulai ber-filosofi.

“Keinginan yang gak pernah lo bayangin? Gimana bisa lo punya keinginan, tapi lo gak tau apa yang lo inginkan?”

“Entahlah, gue juga gak tau. Tapi yang pasti, gue dapet banyak banget hal yang mengejutkan dari menulis. Mengejutkan dalam arti menyenangkan. Dan sampai saat ini, gue masih menanti dan menikmati itu.”

“Passion?” Tebak teman gue.

“Yups, mungkin bisa dibilang begitu. Diartikan dalam satu kata--Passion.”

Tips Menginap di Bandara Internasional Hong Kong

Menjadi seorang backpacker, mengharuskan gue buat ngehemat budget perjalanan seminim mungkin. Bahkan lebih minim dari rok yang dipake Julia Perez dalam film layar lebarnya yang berjudul “Mati Kegencet Toket.”

Nah, salah satu hal yang paling krusial dalam me-menej biaya perjalanan adalah  penginapan atau bahasa kerennya adalah “akomodasi,” atau bahasa unyu-nya adalah “tempat bobo,” atau bahasa gembelnya adalah “lapak ane, gan.” Wan Wan Emoticons 19

Sewaktu gue nge-trip ke negara Filipina, Hong Kong dan Macau beberapa bulan lalu, 8 dari 10 harinya gue habiskan dengan menginap di bandara. Iya, bandara. Lo gak salah denger, kok. Dan percaya atau nggak, dengan lebih banyak menginap di bandara, gue bisa hemat biaya penginapan hampir sebesar 2 Juta Rupiah (itu sudah dihitung berdasarkan rata-rata penginapan termurah di 3 negara tersebut.)

Alhasil, selama 10 hari perjalanan mengelilingi 3 negara tersebut, gue cuma ngeluarin duit gak lebih dari 1,5 juta. All-in. Transport, makan, akomodasi dan wisata berbayar. Keren kan gue? Keren! Yoyo & Cici Emoticons 1

Berhubung gue udah lama gak ngasih tips. Sekarang gue mau ngasih tips gimana caranya nginep di Bandara Internasional Hong Kong yang berkode HKG ini. Cekidot :

Hong Kong International Airport adalah bandara tersibuk ke 3 di Asia Tenggara setelah Changi Airport dan Bandara Soetta--yang sibuk renovasi, sibuk menanggulangi banjir, sibuk menanggulangi kemacetan, dan sibuk benerin sistem bandaranya. Gue yakin, Almarhum Bung Karno sama Bung Hatta pasti sedih ngeliat bandara yang namanya diambil dari nama mereka. Kesian. Yoyo & Cici Emoticons 3

Walaupun menjadi salah satu bandara tersibuk dan terbaik di Asia, bahkan Dunia, Hong Kong International Airport ini malah sangat ramah untuk para Backpacker Gembel kayak gue. Begitu pesawat mendarat dan para penumpang masuk ke bandara, gue langsung disambut oleh lantai keramik yang mengkilat bagaikan kaca. Jalan lagi sedikit, sekarang giliran lantai dengan full karpet tebal menyambut gue menuju check-in imigrasi. Gak ketinggalan, teknologi-teknologi bandara yang canggih, tourist information yang sangat membantu, money changer yang buka sampai malam, dan tentu saja yang paling penting adalah wifi yang kenceng. Ini baru bandara bintang 5.

Tourism Board, Very Helpful!

Karena waktu itu gue sampai di Hong Kong udah pukul 10 malam. Gue memutuskan untuk menginap di bandara. Begitu selesai nuker uang dan ngambil banyak brosur informasi tentang pariwisata dan transportasi di Hong Kong, gue langsung cengo ngeliat luasnya bandara ini. Banyak toko-toko souvenir, toko waralaba sampai toko-toko yang menjual barang-barang ber-merk. Gue bingung, ini bandara apa mall?


Bandara Hong Kong ini ramai mulai pukul 5 pagi sampai dengan 11 malam (pengalaman 3 hari tidur di Bandara Hong Kong.) Jadi kerjaan gue di Hong Kong ini, sebagai berikut :

Bangun Pagi - Pergi ke toilet bandara - Bersih-bersih (cuci muka, cuci kaki, cuci titit, pokoknya cuci semua yang bisa di cuci) - Pergi ke terminal bus bandara - Jalan-jalan keliling Hong Kong ampe malem - Balik lagi ke bandara - Pergi ke toilet bandara - Bersih-bersih (cuci muka, cuci kaki, cuci titit, pokoknya cuci semua yang bisa di cuci)  - Tidur.

Terus begitu selama 3 hari. Wan Wan Emoticons 46

Kalo begitu langsung aja, yah, gue kasih tau beberapa hal penting di Hong Kong International Airport.

Tempat Tidur

Karena bandara ini gede banget dan ramainya hanya di jam 5 pagi sampai 11 malam, setelah jam 11 malam ke atas, toko-toko semua tutup, tinggal tersisa restoran-restoran fast food semacam McD yang buka selama 24 jam. Nah, setelah toko-toko tutup dan bandara sepi, akan ada banyak sekali lapak buat kita tidur. Mulai dari lantai, kursi sampai di restoran itu sendiri.

Menemukan Cinta Saat Backpacking

Apa yang paling bikin gue bangga jadi seorang penulis?

 
Dapet duit royalti? Terkenal? Nama gue bisa mejeng di Gramedia? Punya banyak fans? Dapet tawaran kerja ini itu? Jadi nampak lebih ganteng, walaupun gue udah ganteng?

Bukan. Semua itu gak bikin gue bangga jadi penulis. Semua itu hanya feedback yang lo dapat kalo lo membuat sebuah buku, lalu buku lo diterbitkan dan disukai banyak orang.
Bukan itu banget alasannya.

Apa yang bikin gue bangga jadi seorang penulis?

Mungkin, tulisan dari Putri Normalita ini bisa menjawabnya.

Gue sadur tulisan ini dari blog dia langsung, tentu saja dengan izin dari yang punya. Bahkan dia yang nyuruh gue buat buru-buru posting ceritanya. Aku dipaksa :( 

So, enjoy!


Catch a dream ;’)

 


Moment ramadhan dan menjelang lebaran membuat gue gak memiliki rencana perjalanan atau destinasi menarik yang bisa ditumpahkan diblog gue tercinta. Moment seperti ini juga harus dihindari para backpacker jika ingin tetap berhemat, karna lebaran tahun lalu gue nekat mendaki Gunung Papandayan-Garut dan alhasil biaya transport menjadi *JEGER mahalnya. Well mungkin ada hal lain yang bisa kita bahas kali ini selain Travelling yang berat (banget) dilakukan saat berpuasa.


Gue yakin 100% semua travel blogger Indonesia yang berkecimpung didunia maya pasti kenal dengan forum Celoteh Backpacker yang dilahirkan oleh Traveler Gembel Gila bernama Mohamad Takdis (@takdos) tahun 2012 lalu. 1.349 Members bukan jumlah yang sedikit untuk bisa membantu gue memberi info atau mungkin teman baru diperjalanan ke Bali oktober tahun lalu, so seperti teman pejalan lainnya gue mencoba peruntungan diforum tersebut.


image 


Obrolan tersebut terjadi diinbox facebook gak lama setelah gue posting di Celoteh Backpacker.Mas Rijal Fahmi Mohamadi yang sudah gue panggil belih ini ternyata asli jawa timur dan bukan orang bali, tapi karna mas sepertinya terlalu mesra gue jadi memanggilnya dengan sebutan kak .Yess dapet temen, artinya gue batal jadi gembel :D.

Travel in Love South East Asia #3


Good Bye Indonesia..

           
            Dari kejauhan, tibalah mobil Toyota Yaris berwarna silver ber-plat B, mobil Naya. Eh, tunggu, tapi kok ada mobil polisi ngikutin dibelakangnya? Lah? Pasti Naya kena razia orang jelek, terus dikejar sampai bandara, nih. Pikir gue.

“Kok, Ada polisi sih, Nay?” Tanya gue, saat Naya turun dari mobil.

“Hehe..” Naya cuma ketawa garing. Terus Naya nyamperin polisi itu, dan ngasih beberapa lembar uang berwarna merah.

“Loh, ada apa ini?” Gue makin bingung.

“Pas kena macet, aku turun dari mobil, terus lari di jalan tol terus nyamperin polisi patroli lagi diem dipinggir jalan, terus aku minta tolong sama dia buat ngawal ke bandara deh supaya cepet.” Terang Naya.

            Mata gue nanar, akhirnya Naya berbuat sesuatu yang pintar. Gue nepuk pundak dia tanda bangga seraya bilang, “Gokil sekali kamu.. MUAHAHAHA..”

“Yang, ambilin tas aku di bagasi mobil, dong. Aku mau ngecek barang dulu takutnya ada yang ketinggalan di dalem mobil.” Pinta Naya. Gue pun ngebuka bagasi mobil Naya.

“Ugh! Buset, dah. Ini apaan deh, Nay. Berat banget.”

“Hah? Ya, itu barang-barang aku.” Jawab Naya singkat.

“Serius? Isinya apaan, batako?” Tanya gue.

“Nggak, lah. Itu ada baju aku, celana pendek, celana panjang, sepatu, jaket, air softlens, alat make up, catokan, sama hair dryer.”

“.....” Gue cuma bisa bengong.

“Seriusan lu bawa catokan sama hair dryer? Terus baju sama celana bawa berapa?”

“Baju 9, celana pendek 3, celana panjang 3, jaket tebel 1, sama cardigan 2.”

“.........” Seluruh Bandara Soerkarno Hatta hening.

 “Udah, sekarang bongkar tasnya, tinggalin yang kira-kira gak kepake.” Gue memecahkan keheningan.

“Tapi semuanya kepake, yang.”

“.........” Hening lagi 3 menit.

“Yaudah, hair dryer tinggalin, baju bawa 5, celana bawa 3. Sepatu gak usah, pake yang dipake sekarang aja.” Lagi-lagi gue memecahkan keheningan.

“Tapi...”

“UDAH CEPEEEET! NTAR KITA MAKIN TELAT!”

“Iya.. iya..” Naya, pun membongkar lagi barang-barangnya.

“Girls! Hih!”

Backpack Naya..


            Setelah menyisihkan barang yang gak perlu dan pamitan sama kakak dan saudaranya yang nganter Naya, kita berdua langsung buru-buru check-in ticket dan lari tunggang langgang  ka gate 16 karena suara  si mbak-mbak di pengeras suara sudah minta penumpang tujuan Singapur buat masuk ke dalam pesawat. Dan benar saja, ternyata kita berdua adalah penumpang terakhir yang masuk ke dalam pesawat. Semua penumpang di kabin ngeliatin kita berdua. Naya.. Naya..

Indonesia, kita berdua pamit.


Touchdown Singapore !!


            Singapur adalah negara pertama yang kita tuju dalam rangkaian trip keliling Asia Tenggara, kita tiba di Bandara Changi pukul 8 malam waktu Singapur. Bandara Changi ini termasuk bandara paling besar, canggih dan sibuk di dunia. Saking besarnya, di bandara ini lo bisa lari-lari sambil main sepak bola, bahkan lari marathon pun kayaknya bisa diadain di sini.

#NekadTraveler Aheuy!



Hai backpacker!

Kalo ditanya, “Dis, siapa sih backpacker yang paling lo kagumi di Dunia ini?”

Mungkin jawaban gue adalah Anton Krotov. Backpacker asal Russia yang keliling dunia gak pake duit sama sekali. Pertama kali Anton Krotov ngelakuin perjalanan adalah saat umurnya masih 15 tahun dan dia cuma bekal duit 60 sen, doang! Dan itu keliling Russia, yang notabennya 9 kali lebih luas dari Indonesia. FAAAAAAAK! Gilak gak tuh?

Anton Krotov (Source Google)

Mulai dari hitchiking (numpang-numpang) mobil pribadi, truk sampai helikopter udah pernah Anton cobain. Dari perjalanan di Russia itu, dia mulai ketagihan buat ngelakuin perjalanan tanpa modal lagi. Kali ini bukan cuma Russia, tapi keliling dunia. Gak pake duit!

Udah banyak banget negara yang Anton kunjungi, termasuk Indonesia. Dari perjalanannya, Anton bikin buku-buku cerita, tips dan review-an tentang pengalaman bertahan hidupnya selama traveling. Cool!

Dan sampai sekarang pun, gue masih bermimipi, kapan gue bisa kayak Anton Krotov..

Sampai pada beberapa hari lalu, gue liat iklan Telkomsel tentang “Nekad Traveler” yang ngelakuin perjalanan ke Pulau Komodo dari Jakarta, gak pake duit sepeser pun! Cuma pake smart phone sama kuota internet 180 GB doang! WAH! Parah! Ngeduluin gue ini mah namanya!

Terus karena gue termasuk generasi kepo, maka gue kepoin lah program yang dibuat Telkomsel itu, dan ternyata gue tau siapa yang disebut #NekadTraveler itu! Yang pertama adalah selebtwit dan juga penyiar radio sekaligus penulis buku, yaitu Abdul Gofar alias @pergijauh. Dan satu lagi adalah seorang traveler wanita sejati, scuba diver, blogger dan founder  Taman Bacaan Pelangi yaitu Mba Nila Tanzil! AH GUE SEBAGAI BACKPACKER GEMBEL, NGIRI MAKSIMAAAAAAAAAAAL!!
 

Terus apaan sih #NekadTraveler ini?

Jadi, yang gue tau adalah, program ini bakal ngajak kita buat ngikutin perjalanan 2 orang traveler Nekad yang bakal traveling dari Jakarta ke Pulau Komodo selama 1 bulan, mulai dari 30 Juni sampai 30 Juli yang cuma bermodalkan kuota internet 180 GB dari Telkomsel Flash.

Dan perjalanan ini emang gak pake duit sama sekali, sob! Cuma ngandelin sinyal kuat Telkomsel yang ada sampai ke pelosok-pelosok di Indonesia buat berinteraksi dengan warga lokal. Karena sama kayak gue kalo lagi backpacking, selalu ingin merasakan yang namanya kearifan lokal. Nah, #NekadTraveler ini kurang lebih tujuannya begitu.

SERU BANGET!!

Nah, kalo mau ngikutin perjalanan yang udah dilakuin dengan sukses sama 2 orang #NekadTraveler ini, lo bisa liat langsung ke websitenya nih di : 


Karena Telkomsel itu baik banget. Sekarang Telkomflash menyelenggarakan Lomba Blog dengan Tema: Hal ternekat yang pernah dilakukan pada saat traveling

Cara ikutan Kompetisi Blog:

a. Buat Artikel dengan tema: Hal ternekat yang pernah dilakukan pada saat traveling

b. Daftarkan Link tulisan blog kamu pada web Nekad Traveler http://internet.telkomsel.com/nekadtraveler/blog dan diharapkan link tulisan tersebut bisa dishare ke socmed (twitter), jangan lupa untuk mention @telkomselflash dan menggunakan hastag #NekadTraveler

c. Tulisan yang diikut sertakan bisa lebih dari 1 (satu) Artikel Blog.

Untuk info lengkap untuk syarat dan ketentuan dapat dilihat pada link http://internet.telkomsel.com/nekadtraveler/terms/blog Akan ada 3 pemenang, dengan hadiah iPhone5, S4 dan Galaxy Camera.
 
Ayok, saingan sama gue!



Travel in Love South East Asia #2

 

Kebodohan Pertama
  

            Mungkin sikap menganggap gampang semua masalah adalah kebiasaan buruk gue, karena pada saat seminggu kita akan berangkat keliling Asia Tenggara dengan rute Singapur - Malaysia - Thailand - Kamboja - Vietnam, gue belum juga booking tiket untuk pulang, sementara Nayara sudah sering ngingetin gue buat buru-buru beli tiket. Bukan apa-apa. Kan ceritanya Nayara yang beli tiket Jakarta – Singapur, dan gue kena bagian beli tiket Ho Chi Minh City – Jakarta, yang menurut nenek-nenek hampir modar pun tahu kalau tanggungan gue lebih besar duitnya daripada tiket ke Singapur doang. Smart women, huh! 

           Tiga hari sebelum keberangkatan, gue mulai kalang kabut, gimana nggak, beberapa hari lagi kita berdua mau keliling Asia Tenggara, tapi duit di dompet gue cuma ada 1 lembar 50.000-an, 2 ekor anak cecak yang gepeng kejepit dompet, dan 1 lembar duit Baht Thailand sisa trip gue tahun lalu ke Phuket. Bahkan apabila duit yang ada di dompet dan rekening gue gabungin, niscaya itu pun gak akan cukup buat nyewa mbak-mbak di stasiun kota. Gue bingung.

The more pressure we get, getting every single cell in our brain to think harder. 

Gue mulai berpikir liar, gue mulai berpikir buat berenang dari Vietnam ke Pulau Jawa melewati Laut Cina Selatan buat pulang. Gue mulai berpikir, nanti pas trip gue bakal rajin makan promag buat nahan laper,  gue bakal ngajarin Naya gimana caranya buat bertahan hidup ala tarzan yang gue sendiri pun gak ngerti gimana caranya. Gue kalut.

          Sambil googling “cara memberdayakan batu menjadi makanan yang lezat” gue melihat secercah harapan saat pandangan gue teralihkan menuju motor yang sedang terparkir manis di garasi. “hemm..mungkin jual motor adalah jawaban yang tepat” Batin setan gue menggelitik. 

            I choose this option, because I don’t have another option. Ternyata jual motor gak segampang jual kelereng waktu jaman gue SD. Susah banget! Gue bulak balik nawarin motor ke temen, ke temennya temen, ke dealer, sampai ke tukang bajigur. Gak ada yang mau beli. Sekalinya ada, doi nawarnya sadis banget, nawar motor kayak nawar baju teletubbies buat bocah, blah! Akhirnya dengan langkah gontai dan berpeluh keringat gue kembali pulang ke rumah. Di rumah gue curhat sama bapak tentang trip gue dan uang yang gue butuhkan buat beli tiket pesawat dan sedikit bekal saat perjalanan. Dengan tatapan kebapakaan, beliau mendaratkan tangan kanannya memegang pundak gue, tangan kirinya mengeluarkan handphone nokia jadulnya, lalu berkata “butuh berapa duit? Bapak transfer sekarang."

           Mendadak kursi yang gue duduki berasa terbang melambung tinggi, menembus atap dan meninggalkannya jauh menuju rasi bintang. Ah, akhirnya masalah duit terselesaikan juga. Konsekuensinya? Gak bakalan ada lagi motor terparkir cantik di garasi. Ternyata bukan dikasih, tapi dipinjemin dulu duit sebelum motornya kejual, Huh!


Kebodohan Kedua


            Sekarang uang udah ada di rekening, malam itu juga gue langsung buka web Air Asia dan langusng cari tiket dari Ho Chi Minh City, Vietnam menuju Jakarta. Walaupun tiketnya sedikit agak mahal, apa boleh buat, daripada repot nunggu lagi dan harus beli saat perjalanan yang kemungkinan bakal lebih mahal, akhirnya gue memutuskan untuk beli saja malam itu. Semua berjalan lancar, kota dan tanggal yang gue pilih sudah cocok, tetapi keganjilan mulai nampak saat gue mau input data passpor dan masa kadaluarsanya, ketika gue masukan data passpor gue, muncul tab error “your passport has expired.” DUAAAAAAAAAAARRR!

           Mampus! Kebodohan apalagi ini? Tiga hari lagi mau berangkat, dan ternyata passpor gue udah habis masa berlakunya! Sekarang passpor ini cuma berupa lembaran kertas tak berguna. Tangan gue mendadak lemas, keringet dingin mengucur bagaikan pemain bola timnas. “Shit, Apa yang harus gue lakukin sekarang?

           Gue mulai mencoba menerawang, melihat phone book di handphone, ada secercah harapan di sana. Yah, untung gue punya kenalan orang travel yang bisa dimintain tolong buat nembak passpor supaya sehari jadi.

Esoknya gue langsung pergi ke imigrasi setelah sebelumnya janjian dulu sama temen orang travel itu, gue ngotot, gimana caranya supaya besok passpor gue sudah bisa jadi. Dalam waktu sehari. Gak mau tau!

         Inilah untungnya hidup di Indonesia dengan birokrasi yang bila kita punya uang, semua gampang. Esok siangnya passpor baru gue sudah bisa diambil. Dan sekali lagi, walaupun harus mengeluarkan uang dua kali lipat dari ongkos bikin passpor biasa, tetapi gue selamat dan siap untuk menjelajah Asia Tenggara, besok! 


Nayara’s Problem Is My Problem!


            Izin orang tua adalah hal yang paling penting untuk memulai perjalanan ini. Gak kalah pentingnya sama duit buat bekal. Dan masalah izin ini pula lah yang ternyata menjadi duri duri damdam.. duri duri dam.. Buat gue, anak laki-laki yang sering dan sudah terbiasa traveling, izin orang tua adalah hal yang mudah didapatkan. Gampangnya, misal hari ini gue minta izin mau ke Afrika 2 bulan, besoknya gue langsung pergi. Berbeda hal nya dengan Naya, sampai beberapa hari mau berangkat, ternyata ibu-nya Naya gak tahu kalau dia mau pergi keliling Asia Tenggara, gue syok!

“Lah, kok lo belom ngasih tau nyokap, sih?” Sembari sedikit menaikkan intonasi di akhir kalimat.

“Takut, yang..” Naya gak kalah mendramatisir suasana.

“Lah, takut apaan deh? Gak dikasih izin buat pergi?”

“Iya..”

“Emang kalo gak bilang, bisa tetep pergi? Yaudah sini biar aku yang ngomong.” Gue mendadak sok jadi pemberani. padahal gue bingung juga mau ngomong apaan nantinya.

            Tapi akhirnya Naya lebih memilih nyoba sendiri buat ngomong ke ibunya. Dengan sedikit rayuan dan rengekan manja cenderung jijik, akhirnya izin yang dinantikan pun bisa didapat. Izin dari ibunya Nayara sudah didapat, tapi disisi lain, kakak tertua Naya gak setuju sama rencana perjalanan kita, kakaknya bilang, terlalu riskan kalo Naya cuma jalan sama gue, bukan mukhrim dan takut terjadi apa-apa katanya.

            Wajar sih kakaknya Naya takut ada apa-apa, gue pun coba memakluminya, apalagi bertepatan dengan hari kita akan pergi, kakaknya Naya pun direncanakan akan melahirkan anak pertamanya, yang berarti itu adalah keponakan pertama Naya. Persoalan perizinan ini akan semakin suram, lebih suram dari perahu yang karam. Yassallam!

            Inilah yang gue suka dari orang Sumatera, mereka bisa berani melakukan apa saja ketika terdesak. Diluar dugaan gue, ternyata Naya nekat tetep pergi, yang berarti terjadilah pertengkaran antara kakak-beradik ini. Bukannya gak mau bantu, gue lebih memilih untuk tidak mencampuri masalah perizinan Naya, karena dengan adanya gue, masalah bukannya akan terselesaikan, malah mungkin akan lebih semakin pelik.

            Singkat cerita, sehari sebelum keberangkatan, Naya coba bicara baik-baik lagi sama kakaknya, pembicaraan kali ini tidak dihiasai dengan tarik-tarikan urat. Lebih kalem. Lebih damai. Tanpa disangka, kakaknya Naya mengizinkan dia buat pergi, dengan syarat, harus bisa jaga diri di sana. Naya girang, gue seneng. Kok, ini jadi kayak tante girang sama om senang, sik?

Travel in Love South East Asia #1

Pacaran sambil backpacking? Kenapa nggak.

Jujur, sebenernya gue lagi bosen nulis cerita tentang perjalanan traveling gue. Walaupun banyak kisah perjalanan yang bisa gue ceritain, tapi gue butuh sedikit tantangan selain bertutur cerita. Maka dari itu, sekarang gue mau coba nulis cerita Semi-Fiksi. Iya, semi. Bukan, ini bukan cerita kayak semi-bokep, kok.

Gue bikin cerita Semi-Fiksi. Gue menceritakan kisah perjalanan keliling Asia Tenggara gue bareng pacar (waktu itu) yang kita lakuin buan Januari tahun 2012. Selain bercerita, kisah perjalanan ini juga bakalan ngasih kalian informasi tentang tips, trik, budget, transportasi, akomodasi, makanan, dan lain-lain di destinasi yang kita kunjungi secara real. Namun karena tadi gue udah bilang, nulis cerita perjalanan itu udah agak bikin gue bosen. Maka dari itu gue tambahin bumbu Fiksinya. Iya, gue ubah nama orang, alur cerita dan kejadian untuk membuat kisah perjalanan ini lebih enak dibaca dan dibayangkan, tanpa mengurangi sedikitpun kejadian yang sebenarnya. Maka dari itu, selamat membaca cerita Semi-Fiksi pertama di blog gue, readers :)



Travel in Love South East Asia (SEA) #1 


Krabi, Thailand, 14 Januari 2012
11. 28 PM

Angin malam berhembus kencang menggetarkan kaca jendela, suara kucing liar memekikan telinga gue. Terjebak di sebuah ruangan berukuran 3x3 meter ber-cat hijau dan lembab hanya seorang diri sama sekali bukan rencana gue. Berkali-kali gue berdoa semoga nggak terjadi apa-apa sama Nayara, orang yang gue sayang.

Sedari tadi, gue terus membayangkan hal-hal yang buruk terjadi, seharusnya gue sadar kalau berpisah itu adalah ide konyol dalam sebuah perjalanan bersama seseorang yang harusnya selalu gue jaga. Apalagi di luar negeri yang baru gue injek tanahnya dan gue gak tahu harus kemana dan ngapain apabila sesuatu yang gak gue harepin terjadi.

Ruangan ini bagaikan sebuah penjara yang mengekang gue. Lantai tempat gue duduk pun seakan menjadi lebih dingin dari seharusnya. Gue coba buat telepon dan sms ke nomer Nayara yang walaupun gue tahu itu adalah upaya yang percuma, karena mana mungkin bisa menelopon menggunakan nomer Indonesia di luar nergeri, gue sama sekali gak berdaya.

Sudah lebih dari satu jam gue kehilangan dia. Seharusnya gue tahu kalau diperjalanan ini gue bukan saja harus menjaga diri gue sendiri, tetapi menjaga perempuan yang gue ajak untuk traveling bareng sekarang ini. Gue bertanggung jawab penuh atas keselamatan dan keamanan perempuan yang sudah lebih dari 3 bulan ini gue panggil “sayang.”

Jantung gue berdetak kencang, badan bergetar hebat, mata gue mulai panas, nanar. Tanpa sadar buliran air mata perlahan mengucur membasahi kelopak mata dan turun membasahi pipi, gue menangis karena panik dan merasa bersalah, takut.. dalam doa, gue berjanji, gue janji, Demi Tuhan gue gak akan pernah ninggalin dia sendirian lagi. Gak akan pernah.


Implusif Trip !

“Traveling tanpa observasi, bagaikan burung tanpa sayap”

Hal yang paling sulit dalam melakukan perjalanan adalah memulainya. Perjalanan keliling Asia Tenggara ini pun tanpa rencana, dan gue gak tahu harus mulai cerita darimana dan harus nulis apa. Kenapa akhirnya gue dan Nayara bisa berangkat untuk backpacking, mungkin dimulai dari harga tiket promo ke Singapura yang dibeli Nayara. Kebetulan, waktu itu gue lagi nge-trip keliling Nusa Tenggara Barat,  dalam misi menjelajahi Pulau Lombok dan Sumbawa.

Karena liburan semester sudah dekat, Nayara pengin ngajakin gue jalan-jalan ke luar negeri. Tanpa sepengetahuan gue, dia beli tiket Air Asia Jakarta – Singapura seharga 3 beha tanpa busa di Pasar Tanah Abang. Murah banget!

Seselesainya gue nge-trip keliling NTB, tiba-tiba Nayara langsung nunjukin tiket Jakarta – Singapur yang dia beli untuk dua orang dan sudah dibayar lunas. Wow!! Gue seneng dong, baru balik dari jalan-jalan, sekarang gue diajak traveling lagi ke Singapura, gratis pula. Tapi gue bingung, kenapa Nayara cuma beli tiket perginya, doang? Dimana tiket pulangnya? Apa dia berniat ngajak gue berenang dari Singapur ke Pulau Jawa? Apa dia berencana gak pulang lagi ke Indonesia dan berniat menjadi TKW di Singapura? Hemm.. gue tau, nih. Pasti ada udang di balik siomay.

“Hehe.. sayang, kamu yang mikirin tiket pulangnya, yah.” Sambil senyum manja, Nayara minta gue beli tiket untuk pulang. Hesyemelekete! Jebakan Betmen ternyata.

“Iya.. iya, deh.” Gue cuma bisa garuk-garuk kepala.

Karena ini liburan panjang dan ditambah gue udah bosen ke Singapura, maka secara spontan gue ngasih saran ke Nayara, “Nay, gimana kalo kita sekalian keliling Asia Tenggara aja, kan boring kalo cuma Singapur, doang, Lagian kamu juga baru beberapa bulan kemarin kesana kan?” Saran gue. Seketika muka Nayara keliatan sumeringah, senyum merekah dibibirnya yang tipis, “Ayoooo ayooo..” Nayara setuju sembari ngangguk-ngangguk seneng. Challange accapted.

 


Perkenalan

“Gue Nayara Kirana.”

Nayara Kirana yang berarti anak kesayangan yang memberikan cahaya ini punya panggilan Naya. Dia selalu bangga sama nama yang orang tuanya kasih, padahal kan katanya kita gak boleh bangga sama pemberian orang tua. Iya kan? Udah iyain aja.

Naya adalah seorang mahasiswi sebuah sekolah tinggi pariwisata di Bandung, sama hal nya dengan gue. Bedanya, sekarang dia masih kuliah, sedangkan gue udah di Drop Out dengan elegannya. Dia masih keren pake jas almamater, sedangkan gue cuma bisa pake jas hujan. *nangis*

Wanita berambut panjang, berwajah kemayu, cantik, berpostur cukup tinggi dan peranakan Padang, Sumatera Barat ini sering menganggap dirinya sebagai model majalah, model iklan, artis stripping, penyanyi, chef, pengacara, montir, polwan, kasir dan supir odong-odong. Traveling emang udah jadi hobby dia dari kecil. Sebenernya, dia yakin semua orang juga beranggapan sama. Siapa sih yang gak suka jalan-jalan? Mengunjungi suatu tempat untuk bersenang-senang dan bakalan menghilangkan kejenuhan? Tapi, dia ngeliat ada sebuah potensi besar untuk hidupnya dari hobi ini. That’s why dia pilih kuliah sesuai dengan minatnya, yap! Jurusan Perjalanan (Tours and Travel). Dan Nayara berniat untuk mendalami apa yang dia suka. Banyak orang bilang, kalau mau sukses sama karir, cobalah untuk terlebih dahulu jatuh cinta dengan pekerjaan itu. Kalau udah suka pasti ngejalaninnya juga enak, kata perempuan berkulit sawo matang ini.

Kalo masalah pengalaman backpacker, dia ngaku masih terbilang newbie (baru). Sebelum berangkat keliling negara di Asia Tenggara ini, bisa dihitung pake jari dia traveling dengan gaya backpacker. Most of all sih koper-an. Dan destinasi yang dituju juga masih seputar Sumatera, Jawa, Bali, Singapore dan Malaysia.

Jadi, pas gue ajak travelling ala backpacker keliling Asia Tenggara, tanpa pikir panjang lagi si Naya langsung jawab, “AYOOOK!”


“Gue Arayan Putra Bumi.”

Panggil gue Ara. Di balik nama gue yang kedengerannya gagah dan bijaksana. Sebenernya gue orang yang jauh dari itu semua. Naya selalu bilang kalo gue itu orangnya ceroboh, implusif, gak punya tujuan hidup, dan terlalu santai.

Bumi adalah nama depan bokap. Dari keempat anaknya, gue satu-satunya anak cowok, bungsu, tapi gak punya nama keluarga. Iya, kakak-kakak cewek gue punya nama akhir yang sama dengan nama bokap. Lah, gue? Kadang gue suka ngerasa kalo gue ini anak dapet nemu. Hih.

Kacamata minus tiga, muka dekil cenderung bikin muntah, rambut berdiri acak-acakan dan kemeja flanell kotak merah adalah ciri khas gue. “Mantan” mahasiswa di kampus yang sama dengan Naya, sering banget dipanggil ke ruangan dosen, bukan untuk dipuji melainkan dimaki karena jarang kuliah dan sering kali membuat dosen darah tinggi.

Anak dari hubungan seorang pria Palembang yang gagah dan seorang wanita cantik asal tanah sunda membuat gue terlahir sebagai penyuka peyeum disiram kuah cuka.

Oiya, kalo lo perhatiin nama gue dan nama Nayara, cuma dibolak-balik doang, maka nama kita bakalan persis sama. Karena kesamaan nama ini juga yang bikin kita akhirnya tertarik satu sama lain.

Mungkin cuma itu dulu yang gue bisa tulis, seiring dengan lo baca habis cerita ini, lo bakal lebih kenal kita berdua. Enjoy!


Pacaran Yuk !

Maret 2011

Awal perkenalan gue dengan Naya dimulai dari sebuah jejaring sosial, walaupun kita satu gedung kampus dan satu angkatan tapi kita sama sekali gak pernah kenalan. Gue adalah tipe lelaki pemalu yang suka memuja secara diam-diam, tak cukup rasanya untuk mendorong dan memberanikan diri berkenalan dengan seorang wanita. #eaaak

Melalui jejaring sosial media lah akhirnya gue bisa mengenal wanita cantik bernama lengkap Nayara Kirana, setelah beberapa lama kita saling berkomunikasi di dunia maya, akhirnya gue beranikan diri mengajak Nayara buat jalan bareng ke daerah Dago atas dengan modus akan membantu mengerjakan tugas kuliahnya.

“Kenapa? Kamu lagi banyak tugas yah? Sok, sini Ara bantu kerjain,” gue coba ngerayu, padahal boro-boro bantu orang ngerjain tugas, lah tugas sendiri saja gak pernah gue kerjain. Dan gobloknya Naya percaya aja gue mau bantuin.

Dari situ, kita sering ngobrol berdua, cerita ngalor ngidul, berbagi tawa dan seiring berjalannya waktu, rasa sayang mulai menghampiri masing-masing kita. Inilah kenikmatan masa muda, mudah jatuh cinta.

Singkat cerita, akhirnya gue berhasil mengubah status gue di facebook dari single menjadi in relationship, yah akhirnya gue pacaran sama Nayara. Yippiiiiii!! Benar kata orang, kalau lagi seneng-senengnya pacaran itu dunia serasa milik berdua, yang lain cuma nge-kost, sebagian lagi cuma gembel yang numpang tidur.

Mudah jatuh cinta mudah juga putus cinta, pada akhir bulan Maret akhirnya hubungan gue dan Naya harus berakhir, bukan karena harga BBM naik atau Naya yang mau dijodohkan orang tuanya dengan Datuk Maringgi. Melainkan memang nampaknya sudah hilang chemistry yang kita rasakan diawal masa pacaran, dan kita memilih cukup menjadi teman saja. Iya, pacaran kita gak lebih dari dua bulan. Gue curiga itu bukan pacaran, tapi pasantren kilat.

Kurang lebih satu tahun kita menjalani kisah cinta masing-masing, Naya tertawa dengan pria lain, gue tertawa dengan wanita lain. Naya suap-suapan sama pria lain, gue suap-suapan sama wanita lain. Naya mutusin pria lain, gue diputisin wanita lain. #BedaTipis

Pada tanggal 1 Oktober 2012 kita memutuskan untuk balikan lagi, karena waktu itu Naya baru putus dengan cowo-nya yang bermuka kotak tak berotak. Gue kasihan sama Naya. Bukan karena dia baru putus sama cowoknya, tapi kenapa dia bisa dapet cowo yang gak lebih ganteng daripada gue. *pukpuk Naya.*

Menjalani pacaran untuk kedua kalinya ini agak sedikit berbeda dengan awal kita pacaran dulu, nggak sedikit, deh, malah jauh banget bedanya! Mungkin karena kita yang sudah semakin dewasa, semakin saling bisa menghargai. Kalau dulu kita lebih sering berantem gara-gara hal kecil, sekarang gara-gara hal kecil kita malah bisa sering tertawa. Pacaran sekarang lebih mengasyikan, sama mengasyikannya ketika pada perayaan dua bulan hubungan kedua ini, kita sepakat untuk merencanakan sebuah perjalanan seru berdua. Iya backpacking bareng keliling Asia Tenggara!

South East Asia, ready or not, there we go!