Itulah monolog yang gue lakukan dalam hati ketika gue
berkunjung kesebuah museum di Phnom Penh, Kamboja saat trip #TravelinLoveSEA
gue. Museum pembantaian lebih tepatnya. Disini lo gak bakal lihat tapir kaku
atau monyet yang lagi mangap karena dikasih air keras, museum ini beda daripada
museum yang lain, beda dari warteg atau rumah makan padang yang ada di Jalur
Pantura. Beda !! #yakaliii
Tuol Sleng Museum, tampak luar |
Tuol Sleng Museum namanya. Tempat ini memang sudah gue
incer-incer dari dulu, pertama kali tahu tentang museum ini dari tayangan acara
di TVone, TV-nya orang bego. Saat nonton tentang museum ini, serentak batin gue
berbicara "Wah, keren juga nih kalau someday gue bisa mengunjungi museum
ini di Kamboja !!" Dan ternyata "someday" itu akhirnya
terwujudkan saat gue ngetrip keliling Asia Tenggara pada Januari 2012. Alhamdullilaaaaah..
Sebelum gue cerita keseruan gue disana, gue mau ngasih
tahu sedikit tentang sejarahnya museum ini, tenang ini gak bakalan bikin bete
kaya pelajaran sejarah di sekolah kok. Hehe..
Tuol Sleng Genocide Museum, itulah nama lengkap dari
museum yang asalnya adalah sekolah SMA bernama Ponhea Yat. Saat pemerintahan
Lon Nol yang gue kira dia adalah sepupunya ikan Lou Han, nama sekolah dirubah
menjadi Tuol Svay Prey High School. Sekolah ini lalu dirubah fungsi menjadi
penjara dan tempat pembantaian pada tahun 1975 pada era Pol Pot (pemimpin saat
rezim pembantaian), yang berarti itu masih terbilang baru banget !!
Gak habis pikir gue, saat Indonesia sudah bebas merdeka
dan bokap gue udah memasuki masa remaja keceh, di Kamboja masih ada pembantaian
keji seperti ini, pembantaian yang di claim sebagai pembantaian tersadis di
Asia Tenggara.
Setelah dirubah fungsi menjadi penjara, bangunan ini
memiliki nama sandi rahasia, yaitu S. 21 (Security Office 21) Setelah gue
analisa dengan keahlian detektif sotoy gue, kenapa dinamakan S. 21 ?? Mungkin,
karena si Pol Pot tadinya pengen bikin bioskop tapi sepi pengunjung dan
akhirnya gulung tikar, bisa dilihat dari angka 21 yang lazim-nya adalah nama
bioskop di Indonesia, twentyone. Dan analisa kedua adalah, S. 21 tadinya adalah
nama sebuah band melayu yang didirikan Pol Pot, tapi kalah tenar oleh ST12 yang malah
pada akhirnya bubar karena Charlie sang vokalis berantem sama Pepeng sang
drummer. Keren kan analisa gue ?? *ditebas Pol Pot*
Back to Story, pertanyaan yang terus terngiang-ngiang di
kepala gue adalah, apa alasan si Pol Pot membantai masyarakat Khmer (sebutan
untuk orang Kamboja, sama kaya kalau kita melayu) yang notaben nya adalah
keluarga dia sendiri. Kita ambil contoh saat pembantaian Nazi di Jerman, Hitler
yang orang Jerman membantai kaum Yahudi yang menurut dia orang jahat, itu
berarti kaum satu membantai kaum satu lainnya. Sementara si Pol Pot membantai
kaumnya sendiri yang berarti itu adalah termasuk keluarganya sendiri, Right ??
saking bencinya sama Pol Pot, ada yang Tipe-x-in mukanya :)) |