Hari Selasa, Sialan !


Kebanyakan orang bakal benci hari senin, karena hari itu adalah hari dimana sekolah, kuliah dan pekerjaan mereka akan dimulai kembali setelah sebelumnya menikmati weekend, bersantai, berleha-leha bersama keluarga, sanak saudara, pacar dan selingkuhan #ehh.

Dari anekdot tersebut, maka muncullah istilah "I Hate Monday". Right ??

Tapi tidak untuk Gue, Bang Diki dan Kak Nora yang lagi ikutan trip keliling NTB (Lombok dan Sumbawa) dari program ACI detik.com selama 16 hari. Kita gak benci hari senin, kita malah trauma sama yang namanya hari selasa, hari setelah hari senin dan hari sebelum hari rabu. Bingungkan lo ??

Ada apa dengan hari selasa ? Apa yang membuat kita trauma dengan hari selasa ? Apa yang membuat kita benci dengan hari selasa ? Apa yang telah dilakukan hari selasa kepada kita ? Hari selasa itu anak siapa ? siapa ? SIAPAAAAA !!?? #mendadakemosi

Di tulisan ini, gue akan bercerita. Behind story from our trip in Lombok and Sumbawa. Tulisan ini tidak ada diartikel ACI, tidak juga dibungkus siomay. Tulisan ini tulisan terlarang ! Tulisan yang seakan kalo gue nulis disembarang tempat, maka gue akan dikutuk ! dikutuk jadi ganteng ! Wasapadalah..Waspadalah !

Tragedi Ban Pecah !

Selasa pertama adalah hari saat kita akan menuju ke Kabupaten Dompu dari Kota Taliwang, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Tak ada yang aneh dari perjalanan panjang ini, yang aneh cuma muka supir kita, Mang Daung. perjalanan selama hampir 12 jam menuju Kabupaten Dompu nampaknya akan mulus-mulus saja, mengingat pendamping kami Mbak Sophie lumayan hafal jalanan di Sumbawa.

Mobil Toyota Avanza yang kami gunakan-pun nampak tak ada masalah, dia sehat walafiat, segar dan bugar. Perjalanan dari Kota Taliwang menuju Dompu, kami sempatkan dulu bertandang ke Museum Dalam Loka yang dulunya adalah bekas istana di Sumbawa Besar.

Tak lama kami melihat-lihat istana yang terbuat dari kayu itu, yang membuat gue melongo adalah istana itu tak berpondasi seperti layaknya bangunan biasa. Hanya ditopang oleh pilar-pilar kayu jati sebanyak 99 buah, dan itu pun tidak menancap, hanya bertumpu ke tanah. Keren !!

Seselesainya dari Museum Dalam Loka, kami melanjutkan perjalanan menuju kabupaten Dompu. Perjalanan ini akan sangat panjang dan melelahkan. Tak ada yang menyadari bahwa disinilah kesialan kami dimulai.

Beberapa kilometer saja dari museum tiba-tiba kami merasakan ada yang aneh sama ban belakang sebelah kiri mobil. Jalannya mobil jadi gak stabil, seperti terombang ambing ke-kanan ke-kiri. Setelah di-cek benar saja, ban mobilnya bulat #yaiyalah. Gak.. gak..setelah di-cek ternyata ban mobil yang kami tumpangi ternyata bocor.

Sempat gue mau lari ke warung, beli softek buat nambal tuh ban mobil yang bocor, tapi keburu ditarik sama Kak Nora.

Dahi Mang Daung mulai berkerenyit, tanda mikir mau diapakan ban mobil ini. Setelah lihat kanan kiri, ternyata kita gak liat ada bengkel atau tambal ban. Walaupun jelek, ternyata Mang Daung pintar. Dia bawa alat-alat untuk menambal ban, "untuk jaga-jaga kalo ban bocor.." tuturnya, sok pintar !Tapi bocor yang si ban alami cukup parah, hingga tidak bisa ditambal.

Setelah membuka ban dan mengganti dengan ban cadangan secara susah payah, diteriknya matahari Sumbawa, sampai Gue dan Bang Diki harus banjir keringat, akhirnya kami melanjutkan perjalanan.

Ternyata beberapa meter saja dari tempat kami berhenti, ada tukang tambal ban, terpampang jelas !! gue ulangi, ternyata BERBERAPA METER SAJA ADA TUKANG TAMBAL BAN !! *jambak rambut Mang Daung*

Dimulailah kembali perjalan menuju Kabupaten Dompu..

Jalan yang kami lewati menuju Kabupaten Dompu sangat parah ! jalanannya tidak berupa aspal, tapi hanya jalan yang terbuat dari batu dan tanah yang dipadatkan. Sepanjang perjalanan yang gue liat cuma hutan..hutan..dan hutaaaaaan ! Jalan yang sepi, jelek dan waktu yang sudah menunjukan pukul 10 malam, membuat perjalanan ini nampak seperti perjalanan mencari spot uji nyali sebuah reality show di TV, kita gak tau dimana kita sekarang !

Karena jalanan yang rusak, sekarang giliran ban kanan belakang yang mulai agak sableng, geolan mobil sekarang lebih brutal ketimbang tadi siang. Karena jalanan yang gelap dan sepi Mang Daung gak berani menepi untuk cek kondisi ban, mobil dipaksa terus jalan hingga ke tempat yang agak terang.

OMG !! Oh Monyet Gila (sambil liat Mang Daung) !! bukan hanya bocor saja nasib si ban kanan belakang, ternyata dia sobek !! sobekannya pun menganga besar, sebesar dosa Fir'aun !! kawat-kawat dari bannya pun sampai keluar. Kita mulai panik dan bingung, siapa coba yang mau dimintain tolong di tengah malam seperti ini. Mang Daung stress, Mbak Sophie panik teleponin temennya walaupun gak ada sinyal, Bang diki kalang kabut meriksain ban yang lain, Kak Nora merinding ketakutan denger suara kodok, Gue salto sambil ngemilin rumput di hutan. Pokoknya kondisi waktu itu gak jelas !!

Ban Amburadul

Tapi karena kita berlima anak yang soleh, tiba-tiba datanglah mobil lain yang mengarah ke Kabupaten Dompu juga. Kita nyengir kuda tanda kegirangan. Bapak yang baik hati itu mau menolong kita untuk mencari tempat tambal ban terdekat dan meminjamkan ban cadangannya.

Singkat cerita, kita sudah sampai di Desa Empang, desa terdekat dengan lokasi kejadian sobeknya ban, dan kita mengembalikan ban cadangan yang dipinjamkan si bapak. Mbak Sophie lantas menelopon temannya yang tinggal di Kabupaten Dompu, untuk menjemput kita, syukurlah kita gak harus bermalam di tengah jalan.

Jarak yang jauh, jalan yang rusak dan dua ban yang hancur lebur dalam satu hari, sukses membuat kita stress ! Waktu itu jam di handphone gue menunjukan waktu 00.17 WITA yang berarti selasa sial, sudah kita lewati.


Kita Dimana ??

8 November 2011, hari selasa kedua. Waktu itu kita sudah berada di Kota Bima, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Dari rangkaian perjalanan gue, inilah destinasi paling beradab. Maksudnya gak ada lagi hutan belantara, gak ada lagi binatang liar dan yang paling penting adalah sinyal gue penuh !

Hari ini gue beserta Bang Diki, Kak Nora, Mbak Sophie dan Mang Daung mau nyari Pantai Torowamba, sebagai destinasi terakhir yang harus dikunjungi. Dan kita gak nyadar kalo hari itu hari selasa.

Pantai Torowamba yang jaraknya cukup jauh dari Kota Bima, ditambah informasi yang sangat minim tentang pantai itu membuat kita jiper duluan, tapi mau gak mau akhirnya kita pergi juga. Perjalanan dari Kota Bima menuju Pantai Torowamba, gue disuguhkan pemandangan yang gak pernah gue liat sebelumnya. Bukit-bukit gersang dengan pohon-pohon berduri serta jalanan berdebu tebal menyambut kita di tempat antah berantah.

Lama kita muter-muter disitu cuma untuk nyari Pantai Torowamba, berkali-kali nanya sama penduduk sekitar, mereka malah banyak yang nggak tau. Kita malah diarahkan ke pantai yang telah menjadi tambak udang, salah satu orang yang kita tanya bilang, kalo tambak udang ini dulunya adalah Pantai Torowamba. Gue cuma bisa bengong "Hah, berarti gak ada lagi dong yang namanya Pantai Torowamba?"

Tapi kita gak percaya begitu aja, kita mulai nyari-nyari lagi. Tersesat di hutan duri, muter balik arah karena salah jalan, sampai jalanan yang rusak menghiasai perjalanan kita waktu itu. Kita udah kelelahan nyari pantai Torowamba yang tak kunjung ditemui. Bukan Torowamba yang kita dapatkan, melainkan Torotengge yang katanya tetangga Torowamba. "Ah, susah banget nyari Pantai Torowamba" celetuk Mang Daung.

Akhirnya, karena hari sudah sore, kita menyerah juga. Kita kembali pulang menuju Bima dengan rute yang berbeda. Kita meneruskan perjalanan ke arah timur yang ternyata itu 3 kali lipat jauhnya dari rute awal. *garuk-garuk tanah*

Karena kita orang yang pantang menyerah, esoknya kita berniat nyari lagi tuh Pantai Torowamba, ternyata pencarian kedua ini gak seribet pencarian pertama, malah bisa dibilang gampang banget ! Sesampainya didaerah bukit gersang itu kita cuma ngikutin jalan lalu belok ke kanan, dan Hoplaaa..Pantai Torowamba yang indah menyambut kita dengan pasirnya yang putih dan bentangan horizontal-nya yang tak bertepi. "Tuh, kan apa aku bilang, hari selasa itu mendingan kita diam aja di penginapan" celoteh Mbak Sophie, yang diikuti tawa renyah dari kita berempat.

Pantai Torowamba
Moral ceritanya adalah, kadang sebuah destinasi bukan menjadi tolak ukur kesenangan kita saat traveling. Proses dari mencapai suatu destinasi itu lah yang membuat perjalanan kita malah jadi berkesan. Selasa sial !

7 komentar:

  1. "ternyata BERBERAPA METER SAJA ADA TUKANG TAMBAL BAN !! *jambak rambut Mang Daung*"

    AHAHAHAHAHA taik gue ngakak bet bacanya, kocak banget jendral!!!

    BalasHapus
  2. @bangkit : Woy kemana aja lu kit ?? muahahahhaa...tuh gue baru posting baru hehe

    BalasHapus
  3. "kadang
    sebuah destinasi bukan menjadi
    tolak ukur kesenangan kita saat
    traveling. Proses dari mencapai
    suatu destinasi itu lah yang
    membuat perjalanan kita malah
    jadi berkesan" suka banget sama kalimat ini :'D soalnya kalo perjalanannya lancar lempeng banget gitu :l apalagi kalo perjalanannya sama ehem :p
    #1000WIB

    BalasHapus
  4. Kunjungan hangat... ;)
    jgn lupa kunjungan balik... :)
    Follow jg twitterku..
    @Dewi_Victory

    BalasHapus
  5. Aq lg sakit nih kk, daripada bete jadi baca2in blog ini. Jadi terhibur deh ^^
    Oh btw aq juga ga suka ma hari selasa, tu hari emank hari sial di dunia. Tapi aq suka ma ceritanya, seruu ^_^

    BalasHapus
  6. Gw hari selasa hampir selalu kena sial. Nih hari selasa ini gw barusan kena sial lagi, pas lagi browsing tiba2 muncul iklan game dari XL (operator yg gw pake), dan iklannya kepencet secara ga' sengaja, jadi langsung ilang pulsa gw rp 15500, tinggal sisanya di hp gw rp 7000; sial banget, lebih dari 2/3 pulsa gw ilang. Bener2 selasa hari sial... :(

    BalasHapus