Ide ini berawal dari pas gue ada job bareng sama @TravelJunkieID untuk nge-review salah satu hotel berbintang di Thailand. Keren, kan.
Tapi bukan itu masalahnya. Yang gue heran dari traveljunkie adalah, ada widget "Donating = Loving" di blognya. Ketika gue tanya widget itu buat apaan, doi jawab "Ya, buat ngasih tau orang, kalo mereka bisa donasi ke gue."
"Lah, emang ada yang mau?"
"Banyak!"
Gue pun cengo.
Cengo ketika tau ada yang rela ngasih donasi ke seorang travel blogger. Dan yang lebih bikin gue cengo lagi adalah, nominal yang didonasikannya pun gak tanggung-tanggung. Jutaan! Crazy!
"Kok bisa, sih?" Tanya gue lagi yang masih keheranan.
"Bisa. Mereka kan suka dengan apa yang gue tulis." Jawab dia.
Hemm.. gue pun mulai berpikir kritis. Dan cuma ada satu kata di otak gue, yaitu "Why?"
Oh, engga deng, 3 lebih tepatnya. "Why oh why?"
Setelah gue selidiki, gue baru tau, ternyata masalahnya cuma satu, yaitu ada di budaya menghargai. Yups, di luar negeri, khususnya negara maju, menjadi seorang blogger bisa dikategorikan sebagai sebuah pekerjaan. Mereka mendapatkan uang dari hanya menjadi seorang blogger.
Di Indonesia? Belum tentu.
Tapi di postingan ini gue mau coba buka dan merubah mindset kita. Menjadi seorang blogger, terutama travel blogger itu sulit. Kenapa sulit? Yak, karena untuk menjadi travel blogger, kita harus bercerita pengalaman kita. Kita harus pergi (traveling) untuk akhirnya bisa menulis sesuatu. Dan kita semua tau, traveling membutuhkan biaya yang gak sedikit.
Berbeda dengan hal nya kalo lo blogger yang nge-review film. Untuk menciptakan sebuah tulisan, yang perlu lo lakuin adalah... pergi ke bioskop atau beli DVD dan nonton!
Kalo travel blogger? Beda. Travel blogger gak bisa nulis cuma dengan modal nonton acara jalan-jalan di TV. Mereka harus traveling, mereka harus pergi, mereka harus meluangkan waktu, biaya dan tenaganya untuk berpergian. Biaya yang dibutuhkan untuk film blogger dan travel blogger tentu saja berbeda. Walaupun output yang mereka buat sama, yaitu : tulisan.
Nah, dari situ lah. Untuk menghargai si blogger, para pembaca di sana sering memberikan donasi untuk si travel blogger agar bisa terus jalan-jalan, lalu menuliskan cerita perjalanannya di blog. Sharing.
Kasarnya kayak gini : Gue suka tulisan lo, dan gue pengin lo terus jalan-jalan. Gue kasih lo donasi supaya lo bisa terus jalan dan sharing ceritanya ke gue. Gitu.
Intinya adalah, kalo lo gak ngehargain apa yang lo buat, jangan harap orang lain ngehargain juga. Semuanya balik lagi kepada bagaimana cara lo menghargai.
Kalian suka baca blog dan cerita-cerita perjalanan gue?
Tapi bukan itu masalahnya. Yang gue heran dari traveljunkie adalah, ada widget "Donating = Loving" di blognya. Ketika gue tanya widget itu buat apaan, doi jawab "Ya, buat ngasih tau orang, kalo mereka bisa donasi ke gue."
"Lah, emang ada yang mau?"
"Banyak!"
Gue pun cengo.
Cengo ketika tau ada yang rela ngasih donasi ke seorang travel blogger. Dan yang lebih bikin gue cengo lagi adalah, nominal yang didonasikannya pun gak tanggung-tanggung. Jutaan! Crazy!
"Kok bisa, sih?" Tanya gue lagi yang masih keheranan.
"Bisa. Mereka kan suka dengan apa yang gue tulis." Jawab dia.
Hemm.. gue pun mulai berpikir kritis. Dan cuma ada satu kata di otak gue, yaitu "Why?"
Oh, engga deng, 3 lebih tepatnya. "Why oh why?"
Setelah gue selidiki, gue baru tau, ternyata masalahnya cuma satu, yaitu ada di budaya menghargai. Yups, di luar negeri, khususnya negara maju, menjadi seorang blogger bisa dikategorikan sebagai sebuah pekerjaan. Mereka mendapatkan uang dari hanya menjadi seorang blogger.
Di Indonesia? Belum tentu.
Tapi di postingan ini gue mau coba buka dan merubah mindset kita. Menjadi seorang blogger, terutama travel blogger itu sulit. Kenapa sulit? Yak, karena untuk menjadi travel blogger, kita harus bercerita pengalaman kita. Kita harus pergi (traveling) untuk akhirnya bisa menulis sesuatu. Dan kita semua tau, traveling membutuhkan biaya yang gak sedikit.
Berbeda dengan hal nya kalo lo blogger yang nge-review film. Untuk menciptakan sebuah tulisan, yang perlu lo lakuin adalah... pergi ke bioskop atau beli DVD dan nonton!
Kalo travel blogger? Beda. Travel blogger gak bisa nulis cuma dengan modal nonton acara jalan-jalan di TV. Mereka harus traveling, mereka harus pergi, mereka harus meluangkan waktu, biaya dan tenaganya untuk berpergian. Biaya yang dibutuhkan untuk film blogger dan travel blogger tentu saja berbeda. Walaupun output yang mereka buat sama, yaitu : tulisan.
Nah, dari situ lah. Untuk menghargai si blogger, para pembaca di sana sering memberikan donasi untuk si travel blogger agar bisa terus jalan-jalan, lalu menuliskan cerita perjalanannya di blog. Sharing.
Kasarnya kayak gini : Gue suka tulisan lo, dan gue pengin lo terus jalan-jalan. Gue kasih lo donasi supaya lo bisa terus jalan dan sharing ceritanya ke gue. Gitu.
Intinya adalah, kalo lo gak ngehargain apa yang lo buat, jangan harap orang lain ngehargain juga. Semuanya balik lagi kepada bagaimana cara lo menghargai.
Kalian suka baca blog dan cerita-cerita perjalanan gue?
Kenapa gak kalian bantu gue
supaya bisa terus backpacking dan akhirnya menuliskan cerita perjalanan gue. Kalo
kalian bersedia jadi “sponsor” untuk terus melanjutkan perjalanan backpacking
gue, selain ngebantu gue, kalian juga bisa minta sesuatu ketika gue backpacking,
seperti foto atau topik yang kalian inginkan di tempat yang gue kunjungi.
So, feel free to help me and donate now.
Bank
BCA (Bank Central Asia)
A/C
No. 1571-3666-44
Mochamad
Takdis
Happy Backpacking!
Dis ente tau trevolta.com ga?
BalasHapusitu web buat nyari sponsor, buat traveling kemanapun (kalo ane ga salah baca di aboutnya sih gitu).
iya dia ngumpulin dana gitu dari yang donating yah. Keren tuh web.
Hapusthank adis! inspiratif banget! :)
BalasHapussama-sama :D
Hapushehehehe benar, budaya kayak gitu masih lemah dis. kalau gue sih seringnya gini
BalasHapus"bay gambar lo bagus euy"
hehehe makasih bro
"bisa keles digambarin"
bisa email aja
"gratis ya"
iya gratis emailnya, gambarnya nggak
"......"
:p
hahahha ya seperti itulah.. :D lanjutin mang~~~~
Nah, bener kan kayak gitu. Hehehe. Indonesia~
HapusKak kalo ada orang yang bikin kaos dengan gambar "whatever i'm backpacker" tanpa bilang kak adis boleh ngga sih kak?
BalasHapusBlog gue kan personal. Kira-kira kalo gue kasih kayak gini (donating = loving) ada yang transfer gak ya, Dis??
BalasHapushttp://www.ilhamkusumaning.com/
Wohooo \o/ semoga banyak yang donasi deh.
BalasHapusBerhubung duit masih dari ortu, nggak bisa donasi apa2 :D
Happy travelling!
The link to your signature is near the top of the page when you are in the forum, pretty much directly underneath the "Topic" button. You have several options available here:1. It will take up more characters, but if you want a cleaner look, you can do this:Example: Code: Select all.
BalasHapusI don't quite get that. Let me go get a 10 minute explanation, and now I want to learn the next thing." So when you have lectures on demand, it really just kind of takes them off the table. They're there and they are useful sometimes, and then it allows you to work at your own time Bolsos Michael Kors Baratos and pace, and you only watch the videos if you Ray Ban Sunglasses Sale UK want an on demand explanation..
SHAPIRO: Yeah. I want to play you some tape from a woman named Maria. We're only Oakley Sunglasses Sale UK using her first name because she's afraid of violence against her family still in Central America. Interpreting Sac Longchamp Solde his own nonplussed expression, Shorter Michael Kors Purses Clearance muses: "It's almost like, in my face: Longchamp Soldes Destockage 'What's going to happen to him?'" He pauses. "It's like: 'What you doin,' man? Lee hey Lee, what you doin'?" Shorter falls into a pensive silence, and for 10 long seconds, continues to peer into the image. He cocks his head again, then holds the photograph at a different angle, as if some elusive truth might be revealed.